Manogu Pengantin: Akankah Orang Tua Mengambil Alih Peran Tulang?
Tulang Panogu artinya orang (paman pengantin pria) membawa pengantin masuk kedalam rumah oleh usai melaksanakan adat pernikahan.
Dalam adat batak, istilah ini dikenal dengan Manogu Tu Jabu dalam adat pernikahan.
Manogu Tu Jabu artinya membawa pengantin masuk kedalam rumah.
Yang manogu adalah tulang dari pengantin pria sekaligus tulang sijalo titi marakkup.
Sesi manogu pengantin tu jabu merupakan prosesi paling akhir dari serangkaian adat pernikahan batak.
Artinya, manogu tu jabu adalah sesi terakhir dalam acara adat pernikahan batak.
Biasanya, sesi manogu tu jabu ini, Tulang bersama Istrinya membawa pengantin masuk ke dalam rumah sembari membungkus pengantin dengan ulos yang di iringi musik yang cepat.
Setelah pengantin duduk, kemudian tulang memberi air minum dan boras si pir ni tondi kepada kedua mempelai.
Filosofi sesi tulang manogu pengantin tu jabu menandai bahwa pengantin perempuan sudah sah menjadi boru ni tulang.
Namun, ada beberapa pendapat masyarakat batak yang mengatakan bahwa manogu pengantin ini sebaiknya direvisi atau dirubah.
Lebih baik atau sudah sepantasnya orang tua (natoras) ni pangolilah yang seharusnya manogu pengantin ini, sekaligus yang memberi minum dan sipirni tondi kepada anak dan parumaennya itu setelah dibawa masuk ke dalam rumah.
Bukan hanya itu saja, musiknya yang biasa dalam tempo cepat juga bisa diganti dengan lagu rohani kristen, misalnya Singing Glory Praise The Lord.
Akankah peran Tulang dalam manogu pengantin ini bisa diubah menjadi orang tua si pangoli? Dan mengapa harus orang tua yang melakukannya? Dan apa filosofinya?
Apakah peran tulang sebaiknya tetap dipertahankan atau digantikan? Mari ungkapkan pendapat anda di kolom komentar.
Komentar
Posting Komentar