Suku Bajo selama ini dikenal sebagai pengembara laut. Berikan pendapat saudara apakah ritual semacam ini akan mampu bertahan dalam era globalisasi?

Suku Bajo selama ini dikenal sebagai pengembara laut.

Di Pulau Sulawesi, dulunya mereka menetap di perahu dan berdiaspora di berbagai tempat; mulai Teluk Tomini, perairan laut Banggai, hingga Kepulauan Wakatobi.

Kini, mereka banyak menetap di pesisir dan pulau-pulau kecil sembari membangun kampung terapung, seperti di Torosiaje, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.

Menariknya, untuk mencegah bencana datang, masyarakat Bajo di sini memiliki berbagai ritual tolak bala. Salah satunya tiba anca, untuk mengobati anggota masyarakat yang sakit keras atau sulit sembuh.

Ritual tolak bala Suku Bajo Torosiaje merupakan kekayaan budaya Indonesia. Tujuannya, menolak bencana yang berasal dari alam maupun manusia. 

Berikan pendapat saudara apakah ritual semacam ini akan mampu bertahan dalam era globalisasi?

Jawaban:

Ritual tolak bala, seperti tiba anca yang dipraktikkan Suku Bajo Torosiaje, bukan sekadar tradisi kuno. Di era globalisasi, ritual ini menjelma menjadi benteng budaya dan kearifan lokal yang relevan dengan kebutuhan masa kini.

Nilai-nilai luhur dan kepercayaan yang terkandung dalam ritual ini menjadi benteng identitas Suku Bajo di tengah gempuran budaya luar. Di saat yang sama, ritual ini menawarkan rasa aman dan ketenangan bagi masyarakat di tengah ketidakpastian dan kompleksitas kehidupan modern.

Tidak hanya itu, ritual tolak bala Suku Bajo Torosiaje memiliki potensi untuk berkembang. Bentuk ritualnya dapat diadaptasi tanpa menghilangkan makna dan esensinya. Pemanfaatan media sosial, edukasi kepada generasi muda, dan dukungan pemerintah dapat menjadi kunci pelestariannya.

Bahkan, ritual ini dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang unik, memperkenalkan kekayaan budaya Suku Bajo kepada khalayak yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.