Mengapa Ada Orang Katolik yang Mau Menjalani Hidup Bakti/Hidup Religius/ Hidup Membiara Seperti yang Dikisahkan dalam Cerita Tentang Komunitasku Surgaku?

Mengapa ada orang Katolik yang mau menjalani hidup bakti/hidup religius/ hidup membiara seperti yang dikisahkan dalam cerita tentang Komunitasku Surgaku?

Jawaban:

Orang Katolik memilih hidup bakti/religius/membiara karena merasakan panggilan Tuhan untuk mendedikasikan hidup sepenuhnya kepada-Nya. Mereka ingin hidup lebih dekat dengan Allah, meneladani Yesus Kristus, dan melayani orang lain. Bagi para religius, hidup bakti adalah cara untuk mencapai kesempurnaan hidup Kristiani.

Penjelasannya:

Tergerak oleh panggilan Tuhan, orang-orang Katolik memilih untuk menjalani hidup bakti, religius, atau membiara, seperti yang diceritakan dalam "Komunitasku Surgaku". Bagi mereka, hidup ini merupakan jalan untuk mendedikasikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, mengikuti Yesus dengan lebih dekat, dan berkomitmen dalam komunitas religius.

Hidup bakti menawarkan jalan menuju kesempurnaan hidup Kristiani. Dengan mengikuti kaul-kaul religius seperti kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian, mereka berusaha untuk hidup lebih dekat dengan Allah dan meneladani Yesus Kristus. Motivasi lain yang mendorong mereka adalah keinginan untuk melayani orang lain. Mereka bekerja di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan karya misi. Bagi mereka, melayani orang lain sama dengan melayani Allah.

Bukan hanya itu, hidup bakti menawarkan komunitas yang penuh kasih dan dukungan. Para religius hidup bersama, saling membantu dalam suka dan duka, dan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang tak terkira. Komunitas religius menjadi tempat yang kondusif untuk memelihara kehidupan rohani dan jasmani, serta memberikan kesempatan untuk menjalani hidup yang penuh makna dan tujuan.

Kisah "Komunitasku Surgaku" menjadi contoh nyata bagaimana hidup bakti dapat memberikan kedamaian, kebahagiaan, dan makna bagi mereka yang memilihnya. Sr. Laurensia Girsang SFD menceritakan bagaimana komunitasnya menjadi tempat yang kondusif untuk memelihara kehidupan rohani dan jasmani. Dia juga menunjukkan bagaimana para religius bekerja sama untuk melayani Tuhan dan orang lain.