Materi BAB 3 Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman - Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka

Berikut adalah materi BAB 3 Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman mata pelajaran Bahasa Indonesia (Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia) kelas 10 SMA/SMK kurikulum merdeka.

Meskipun hikayat dan cerpen sama-sama merupakan cerita naratif berupa fiksi, ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kondisi sosial dan budaya pada saat cerita tersebut dibuat. Hikayat yang dibuat pada masa kerajaan tidak dapat lepas dari nuansa istana, baik pada tokohnya maupun setting cerita.

Tokoh pada hikayat cenderung berlatar belakang keluarga kerajaan atau orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan dikenal dengan orang- orang yang sakti hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar. Bahkan, para tokoh tidak hanya diambil dari kerajaan yang ada di bumi, tetapi juga kerajaan kayangan. Perbedaan kasta di setiap golongan masyarakat muncul sangat jelas pada cerita. Hal ini sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif mengambil tokoh dalam cerita.

Hal tersebut sangat berpengaruh pada konflik yang muncul dalam cerita. Konflik yang biasa muncul tidak lepas dari perselisihan antarkerajaan dan golongan. Penyelesaian konflik pun tidak jauh dari peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib yang berakhir bahagia.

Pada cerpen karena karakter dan latar belakang yang begitu beragam mengakibatkan konflik dan cara penyelesaiannya pun beragam. Sebagai cerita yang lebih panjang dibandingkan cerpen, hikayat memiliki alur lebih kompleks. Hikayat memiliki alur berbingkai  yang pada sebuah ceritanya berisi cerita lain.

Hikayat sebagai bagian dari cerita rakyat tentu tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Melalui kehidupan yang diangkat dalam cerita, hikayat menyajikan tak hanya hiburan, tetapi juga nilai-nilai kebaikan yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca. Nilai-nilai tersebut dapat kita lihat dari pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap tokoh dalam cerita, baik yang dideskripsikan dalam cerita maupun dinarasikan dalam ucapan- ucapan tokoh.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, termasuk hikayat adalah:
  1. Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
  2. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta alam dan seisinya.
  3. Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
  4. Nilai sosial berkaitan erat antara hubungan individu dan individu lainnya dalam satu kelompok.

KONJUNGSI URUTAN WAKTU

Sebagai teks yang menggambarkan sebuah alur cerita, hikayat dan cerpen tidak dapat lepas dari penggunaan konjungsi urutan waktu. Konjungsi urutan waktu digunakan untuk menyatakan urutan sebuah kejadian berdasarakan waktu terjadinya, baik itu sebelumnya, saat, maupun setelahnya. Hikayat menggunakan konjungsi urutan waktu berupa kata- kata arkais.

Pemilihan konjungsi sangat menentukan koherensi atau kepaduan makna antar kalimat maupun antar paragraf dalam cerita.

Penggunaan konjungsi urutan waktu yang tidak tepat akan mengubah logika alur cerita dan koherensi sebuah paragraf. Hal lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan konjungsi waktu adalah frekuensinya. Jangan terlalu banyak menggunakan konjungsi urutan waktu pada satu paragraf. Penggunaan yang terlalu sering, apalagi kata yang sama, akan membuat cerita yang ditulis menjadi “kekanak-kanakan”.

Majas

Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi. Majas digunakan untuk menambahkan keindahan cara penyampaian cerita. Beberapa majas yang sering kali digunakan, baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:

Antonomasia

Antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.

Contoh:
  • Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan lamanya.
  • Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih kepada perempuan tua itu.

Personifikasi

Personifikasi adalah majas yang menyatakan benda mati maupun benda hidup yang bukan manusia (hewan/tumbuhan) sebagai sesuatu yang seolah-olah bersifat dan berlaku layaknya manusia.

Contoh:
  • Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
  • Angin menyambar wajahku.

Simile

Majas  simile  adalah  majas  yang  membandingkan   suatu   hal   dengan hal lainnya secara eksplisit menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.

Contoh:
  • “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.
  • Mereka selalu bertengkar bak kucing dan anjing.

Metafora

Metafora adalah majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai dari bandingan benda fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain. Metafora tidak menggunakan kata penghubung atau kata pembanding seperti simile.

Contoh:
  • Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat.
  • Ia adalah tulang punggung keluarga.

Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.

Contoh:
  • Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
  • Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer.

Resensi

Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Resensi ditulis untuk menyampaikan kepada para pembaca apakah hasil karya atau buku tersebut patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

Adapun hal-hal yang termuat dalam sebuah resensi adalah sebagai berikut.

1. Latar belakang
Pada bagian ini, kalian harus menyampaikan tujuan penulis menuliskan karya atau buku tersebut. Kalian dapat mendapatkan informasi tersebut pada bagian prakata penulis. Hal ini perlu disampaikan untuk menilai apakah tujuan tersebut dapat tercapai melalui karyanya atau tidak.

2. Macam atau jenis buku
Sampaikanlah jenis buku yang kalian tulis resensinya. Dengan me- nyampaikan jenis buku yang diresensi, akan memudahkan pembaca untuk membandingkan buku tersebut dengan buku sejenis yang sudah ada.

3. Keunggulan dan kekurangan buku
Sampaikanlah keunggulan buku yang dibaca. Pertama, kalian dapat mulai dari sampul bukunya. Hal tersebut penting karena itulah yang pertama kali dilihat oleh pembaca. Selanjutnya, kalian dapat membahas isi buku tersebut, mulai dari tema yang diangkat. Apakah tema bukunya menyajikan hal yang baru atau temanya sudah umum, tetapi dilihat dari sudut pandang lain. Setelah itu, kalian dapat membahas karakter yang muncul dalam cerita. Apakah karakter tersebut memiliki ciri khas yang kuat sehingga dapat alur cerita dengan baik ataukah terjebak pada stereotip yang ada.

Lalu, bahaslah tentang plot atau alur cerita. Apakah alurnya membuat kalian penasaran untuk terus membaca cerita sampai habis, atau terjebak pada alur yang mudah ditebak. Selain itu, hal yang sangat penting untuk dibahas apakah bahasa yang digunakan sudah tepat dengan jenis buku dan target pembaca sehingga enak dibaca atau tidak. Kerapian struktur kalimat atau paragraf juga ejaan penting untuk dibahas pada bagian ini. Terakhir, bahas juga nilai moral cerita yang dapat kalian dapatkan dari buku tersebut. Sajikanlah pembahasan- pembahasan tersebut dengan menyertakan kutipan-kutipan dari buku agar pembaca lebih yakin dengan penilaian kalian.

4. Kesimpulan
Sampaikanlah kesimpulan akhir kalian terhadap buku yang dibaca. Gunakanlah kata-kata persuasif yang dapat menarik pembaca untuk ikut membaca buku tersebut.

Komentar