Materi BAB 3 Memahami dan Mendiskusikan Fenomena Kecerdasan Buatan - Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/SMK Kurikulum Merdeka

Berikut adalah materi BAB 3 Memahami dan Mendiskusikan Fenomena Kecerdasan Buatan mata pelajaran Bahasa Indonesia (Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia) kelas XII SMA/SMK kurikulum merdeka.

A. MENYELISIK IDE POKOK DAN IDE PENDUKUNG DALAM TEKS TEKNOLOGI

Ide pokok atau ide utama di dalam sebuah teks dapat diketahui melalui judul teks, kata kunci, dan kalimat utama pada setiap paragraf. Adapun ide pendukung di dalam suatu teks terdapat pada subjudul atau pada kalimat penjelas di dalam paragraf.

Ide pokok paragraf ialah kalimat berwarna merah yang terdapat pada awal paragraf. Kalimat itu disebut kalimat utama atau kalimat pokok. Kalimat­kalimat lain disebut kalimat penjelas atau kalimat pengembang.

Paragraf yang kalimat utamanya berada di awal disebut paragraf deduktif. Adapun paragraf yang kalimat utamanya berada di akhir disebut paragraf induktif. Selain itu, ada yang disebut paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di awal dan di akhir paragraf.

Lantas mengapa kalian perlu memahami ide pokok dan ide pendukung yang terdapat pada sebuah teks? Tujuannya agar kalian dapat dengan mudah memahami maksud penulis. Sebaliknya, jika kalian sebagai penulis, kalian harus menguraikan ide pokok secara sistematis ke dalam ide pendukung.

B. MENGAJUKAN HIPOTESIS BERDASARKAN INFORMASI

Apakah hipotesis itu? KBBI Daring menjelaskan makna hipotesis berikut: “sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar”.

Hipotesis sering juga disebut dugaan, tetapi tentu dugaan yang berdasar atau bersifat ilmiah. Ciri utama bahwa sesuatu disebut bersifat ilmiah ialah logis atau dapat dinalar dengan akal sehat. Hipotesis ilmiah diuji dengan penelitian ilmiah untuk membuktikannya.

C. BERDISKUSI TENTANG FENOMENA KECERDASAN BUATAN

Pada kegiatan sebelumnya kalian telah berdiskusi dan mempelajari langkah­langkah berdiskusi untuk memunculkan hipotesis. Pada saat diskusi berlangsung, peserta diskusi diharapkan aktif memberikan tanggapan berupa pernyataan, pertanyaan, atau opini (pendapat).

Diskusi secara formal atau nonformal tetap mengedepankan kesantunan dengan menghormati para peserta diskusi, baik yang sedang berbicara maupun yang sedang mendengarkan. Peserta diskusi yang aktif akan menyimak diskusi dengan saksama dan memberikan tanggapan.

Kalian dapat mencermati contoh tanggapan berikut ini.

Contoh tanggapan berupa pernyataan:
Menurut saya hal yang disampaikan Ilham benar bahwa pekerjaan sebagai penulis pun bakal terancam digantikan mesin dengan kecerdasan buatan. Sebuah tulisan dapat dibuat oleh mesin pintar itu.

Contoh tanggapan berupa pertanyaan:
Saya masih meragukan dugaan itu. Apa alasannya mesin dengan kecerdasan buatan itu dapat menggantikan profesi penulis? Bukankah menulis itu pekerjaan kreatif yang memerlukan bakat khusus?

Contoh tanggapan berupa opini:
Saya kira profesi penulis bakal digantikan robot pintar itu mungkin terjadi. Soalnya di Amerika sudah dikembangkan aplikasi bernama GPT atau Generative Pretraining Transformer dengan kecerdasan buatan. GPT ini dikembangkan lembaga nirlaba OpenAI dan sudah memasuki fase GPT-3. GPT-3 ini memiliki 175 miliar parameter yang dilatihkan sehingga ia mampu “memprediksi” sebuah gagasan penulisan atau terjemahan dari sebuah teks. Kesimpulannya aplikasi ini dapat meniru penciptaan sebuah tulisan tanpa memerlukan lagi penulis.

Setiap tanggapan dapat diberikan berdasaran kata kunci paparan yang disampaikan dalam diskusi. Di dalam contoh tanggapan terdapat kata kunci profesi penulis dan kecerdasan buatan. Hal yang menjadi pembahasan adalah ketika ada peserta diskusi mengajukan hipotesis bahwa penulis termasuk profesi yang rentan digantikan oleh robot atau mesin.

Tentu sangat menarik jika sebuah diskusi itu “hidup” dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Biasanya diskusi menghasilkan suatu keputusan untuk ditindaklanjuti atau menghasilkan suatu kesimpulan yang menjadi informasi dan pengetahuan berguna bagi para peserta diskusi.

Bagaimana memberikan tanggapan saat berdiskusi? Berikut ini tata cara memberikan tanggapan di dalam diskusi.
1. Berikan tanggapan apabila pemimpin diskusi atau moderator memberi kesempatan berbicara.
2. Peserta mengangkat tangan untuk meminta izin pemimpin diskusi memberikan tanggapan.
3. Perkenalkan diri jika kalian berada di dalam kelompok diskusi dengan peserta belum saling mengenal.
4. Sampaikan tanggapan kalian secara ringkas dengan menggunakan kata­kata kunci agar dapat ditangkap oleh pemimpin diskusi atau moderator.

D. MENYAMPAIKAN PERTANYAAN SECARA EFEKTIF

Pada pembelajaran di Bab 1, kalian sudah megetahui tentang adiksimba. Apakah itu? Adiksimba adalah akronim dari apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Lima pertanyaan ini sangat ampuh digunakan untuk menggali sebuah informasi.

Sebuah pertanyaan selalu diajukan di dalam diskusi. Seseorang bertanya biasanya karena ia menginginkan penjelasan lebih jauh atau karena ia belum memahami sesuatu. Jadi, kalimat tanya atau pertanyaan adalah kalimat yang ide pokoknya mengandung pertanyaan terhadap suatu hal sehingga memerlukan tanggapan atau jawaban.

Ada kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban tertutup, seperti ya atau tidak.

Contoh kalimat tanya dengan jawaban tertutup:
Apakah kamu sudah makan? Ya.
Apakah kamu yang merapikan buku-buku ini? Tidak.

Ada juga kalimat tanya yang memerlukan jawaban terbuka. Artinya, jawaban yang diberikan dapat berkembang bukan sebatas ya atau tidak. Di dalam sebuah diskusi, kalimat pertanyaan yang dilontarkan sebaiknya bukan pertanyaan dengan jawaban tertutup.

Jawaban terhadap pertanyaan sering kali bergantung pada kejelasan pertanyaan itu sendiri. Karena itu, seorang penanya di dalam diskusi harus mengajukan pertanyaan secara efektif.

Contoh kalimat pertanyaan di dalam diskusi.
“Mohon izin bertanya moderator. Dalam salindia 2 tadi dipaparkan tentang dampak penerapan kecerdasan buatan yang sudah mulai terasa. Apakah boleh disebutkan contoh-contoh penerapan kecerdasan buatan lain yang telah terjadi di Indonesia?”

E. MENGELABORASI PERASAAN UNTUK MEMAHAMI MASALAH

Pikiran dan perasaan dapat dielaborasi, artinya dapat digunakan secara tekun dan cermat untuk memahami suatu permasalahan. Kalian dapat mengelaborasi pikiran dan perasaan sendiri atau pikiran dan perasaan orang lain. Ada istilah pikiran yang jernih, termasuk perasaan, yang menunjukkan sebuah proses berpikir dan berperasaan secara baik dan benar.

Berikut ini adalah langkah mengelaborasi perasaan dan pikiran sendiri.
1. Temukanlah informasi tambahan atau sebanyak mungkin informasi terkait permasalahan yang terjadi, contohnya kronologi sebuah peristiwa, pihak­pihak yang terlibat dalam peristiwa, dan akar permasalahan.
2. Pilahlah di antara informasi tersebut mana yang valid atau mana yang kurang valid. Gunakan informasi yang valid atau dapat dipercaya.
3. Mulailah memikirkan dan merasakan sesuatu yang terjadi dan memecahkan masalah dari sudut pandang diri kalian sendiri. Memang biasanya terdapat masalah yang simpleks (sederhana) dan kompleks (rumit).
4. Kalian dapat mengelobarasi pikiran dan perasaan dengan memprediksi dampak/akibat yang terjadi jika permasalahan tidak ditemukan solusinya.
5. Sampaikan hasil elaborasi pikiran dan perasaan dalam bentuk pernyataan lisan atau tertulis.


F. MENGGUNAKAN KONJUNGSI INTRAKALIMAT DAN ANTARKALIMAT

Pada kelas sebelumnya semestinya kalian sudah mempelajari banyak hal tentang tata tulis atau ejaan, terutama dalam penggunaan kalimat. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

Agar wujudnya semakin mirip manusia, Hanson Robotics mendesain wajah Sophia berdasarkan aktris Audrey Hepburn.

Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk yang terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat ditandai dengan penggunaan kata penghubung (konjungsi).
Contoh yang ditampilkan adalah struktur kalimat majemuk yang menempatkan anak kalimat pada awal kalimat majemuk, kemudian induk kalimat. Susunan yang lazim sebagai berikut.

Hanson Robotics mendesain wajah Sophia berdasarkan aktris Audrey Hepburn agar wujudnya semakin mirip manusia.

Penggunaan kata penghubung (konjungsi) di dalam kalimat (intra­ kalimat) ada yang didahului dengan tanda koma (,) dan ada pula yang tidak perlu didahului dengan tanda koma.

Konjungsi intrakalimat pada umumnya tidak boleh digunakan untuk mengawali kalimat seperti contoh berikut ini:

1. Ia kerap berlatih olahraga. Sehingga wajar badannya sehat.
2. Kakaknya memilih jurusan ilmu sains. Sedangkan adik memilih jurusan ilmu sastra.
Dua kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut ini.
1. Ia kerap berlatih olahraga sehingga wajar badannya sehat.
2. Ia kerap berlatih olahraga. Oleh karena itu, wajar badannya sehat.
3. Kakaknya memilih jurusan ilmu sains, sedangkan adik memilih jurusan ilmu sastra.
4. Kakaknya memilih jurusan ilmu sains; adik memilih jurusan ilmu sastra.
Selain konjungsi intrakalimat, terdapat pula konjungsi antarkalimat. Konjungsi antarkalimat digunakan untuk mengawali kalimat sehingga kalimat tersebut terhubung dengan kalimat sebelumnya. Di dalam paragraf, konjungsi antarkalimat berfungsi untuk membangun kohesi atau hubungan yang erat antarkalimat.

Konjungsi antarkalimat pada umumnya diakhiri dengan tanda koma (,).