Materi BAB 1 Mengkritisi Informasi tentang Tokoh - Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/SMK Kurikulum Merdeka

Berikut adalah materi BAB 1 Mengkritisi Informasi tentang Tokoh mata pelajaran Bahasa Indonesia (Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia) kelas XII SMA/SMK kurikulum merdeka.

A. Mencermati Informasi tentang Tokoh

Informasi tertulis dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti poster, pamflet, brosur, dan infografik. Informasi tersebut dapat dibaca secara cepat karena memuat informasi ringkas.

Bagaimana cara membaca cepat? Membaca cepat adalah sebuah teknik atau metode yang digunakan untuk mengefektifkan waktu membaca dan sekaligus dapat memahami bacaan dengan baik. Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa secara normal orang dewasa dapat membaca dengan kecepatan 200–250 kata per menit.

Kecepatan membaca seseorang perlu ditingkatkan, terutama ketika menjadi mahapeserta didik. Seorang mahapeserta didik diharapkan mampu membaca paling tidak dengan kecepatan 300 kata per menit.

Ada bermacam teknik membaca cepat yang memiliki satu kesamaan yaitu menghindari pengucapan (membaca dalam hati) dan “mendengar” setiap kata di kepala saat kalian membacanya. Proses mengucapkan dan membaca kata per kata atau mengeja diistilahkan dengan subvokalisasi.

Mengapa membaca cepat dimungkinkan? Hal ini karena seseorang sudah dapat memahami makna kata dan mengingatnya tanpa perlu membacanya.

Ada dua teknik membaca cepat yang populer, yaitu membaca sekilas (skimming) dan membaca pindai (scanning). Bagaimana teknik itu diterapkan?

Teknik membaca sekilas digunakan untuk mengetahui garis besar isi sebuah tulisan. Pertama yang harus dilakukan pembaca adalah memahami topik tulisan melalui judul. Selanjutnya, membaca teras tulisan atau paragraf awal tulisan yang memuat informasi adiksimba (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana).

Berikut ini kegunaan teknik membaca sekilas (skimming) secara terperinci:
1. mengenali topik bacaan;
2. mengetahui pendapat/opini seseorang;
3. memperoleh informasi penting yang dibutuhkan;
4. memahami organisasi penulisan: sistematika dan alur; dan
5. menyegarkan kembali ingatan tentang apa yang pernah dibaca.

Teknik membaca pindai (scanning) digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu saja di dalam tulisan. Pembaca membaca teks dengan cara meloncat-loncat, langsung ke bagian akhir, atau bagian tengah. Perhatian pembaca terpusat pada kata kunci. Misalnya, ketika kalian diminta mencari tanggal lahir tokoh H.B. Jassin di infografik, maka mata kalian langsung mencari kata ‘lahir’. Teknik ini banyak digunakan untuk membaca informasi secara cepat seperti berita di koran dan juga informasi di infografik.

Teknik membaca pindai dilakukan dengan melompati atau mengabaikan bagian-bagian tertentu dari tulisan atau bacaan, yaitu
1. bagian yang sudah diketahui sebelumnya;
2. bagian yang tidak penting atau tidak diperlukan;
3. bagian yang hanya berupa contoh atau ilustrasi; dan
4. bagian yang merupakan pengulangan.

Apa pun tekniknya, kalian dapat membaca cepat dengan sering berlatih mulai bacaan yang sederhana hingga bacaan yang rumit. Keterampilan membaca cepat dapat menghemat waktu membaca.

B. Mencari Informasi dari Ensiklopedia

Ensiklopedia tergolong sebagai buku referensi. Di dalam ensiklopedia terkandung informasi yang sangat lengkap dari berbagai sumber. Setiap informasi dikelompokkan ke dalam entri atau lema yang disusun secara sistematis dengan tiga cara, yaitu alfabetis (urutan abjad), tematis (urutan tema), atau kronologis (urutan waktu).

Selain ensiklopedia dalam bentuk buku tercetak, saat ini dikenal juga ensiklopedia elektronik atau ensiklopedia digital. Ensiklopedia Sastra Indonesia yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan satu contoh ensiklopedia.

Di dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia terdapat aneka informasi, yaitu tentang pengarang, karya sastra, media penyebar/ penerbit sastra, hadiah/sayembara sastra, lembaga sastra, dan gejala sastra.

C. Menggunakan Kata-Kata Khusus

Kata-kata dalam bahasa Indonesia banyak yang diserap dari bahasa daerah atau bahasa asing. Contohnya kata ‘rancak’ diserap dari bahasa Minangkabau yang artinya bagus, elok, dan cantik. Demikian pula kata ‘risiko’ diserap dari kata risk dalam bahasa Inggris.

Di dalam artikel “Bagaimana H.B. Jassin Merawat Sastra Indonesia?” terdapat beberapa kata yang mungkin jarang digunakan. Contohnya adalah kata titimangsa, bohemian, amtenar, dan tifa. Silakan kalian cari arti kata tersebut di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jika kalian dapat mengakses internet, kalian dapat menggunakan KBBI daring.

Apa artinya ‘daring’? Daring adalah singkatan dari frasa ‘dalam jaringan’ sebagai padanan kata online di dalam bahasa Inggris.

D. Menimbang Informasi yang Valid

Seorang futuris bernama Alvin Toffler pernah menyatakan tentang dunia yang dibagi atas tiga gelombang berikut peran manusia di dalamnya. Gelombang I bahwa siapa yang menguasai pertanian akan menguasai dunia. Gelombang II bahwa siapa yang menguasai industri akan menguasai dunia. Gelombang III bahwa siapa yang menguasai informasi maka akan menguasai dunia. Kita sekarang berada pada gelombang III.

Informasi adalah sesuatu yang sangat berharga sehingga banyak orang yang bekerja mengelola informasi. Apa yang telah dirintis oleh H.B. Jassin sejak tahun 1940-an dengan mendokumentasikan perihal sastra adalah contoh pekerjaan mengelola informasi meskipun pada saat itu dilakukan secara manual.

Informasi yang sangat berharga adalah informasi yang menyajikan data-data faktual serta akurat. Informasi yang sesuai dengan data dan fakta sebenarnya disebut informasi valid.

Apakah ada kemungkinan informasi yang disajikan seseorang atau sebuah lembaga itu tidak valid? Tentu saja hal itu mungkin terjadi apabila informasi yang disajikan tidak diteliti lebih dahulu.

Sebagai penerima informasi, kalian harus membaca secara kritis agar dapat memastikan sebuah informasi valid atau tidak valid. Kesalahan informasi dapat saja terjadi apabila penulis informasi enggan melakukan pengecekan dan penelusuran sumber informasi yang digunakannya.

E.  Memahami Tata Aksara (Ejaan) di dalam Kalimat

Berikut ini adalah tata aksara berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) untuk tanda petik tunggal.

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Contoh:
a. Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
b. “Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,”ujar Pak Hamdan.
c. “Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena olimpiade itu,” kata Ketua KONI.

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
Contoh:
a. tergugat ‘yang digugat’
b. retina ‘dinding mata sebelah dalam’
c. noken ‘tas khas Papua’
d. tadulako ‘panglima’
e. marsiadap ari ‘saling bantu’
f. tuah sakato ‘sepakat demi manfaat bersama’
g. policy ‘kebijakan’
h. wisdom ‘kebijaksanaan’

F. Mendiskusikan Kiprah Seorang Tokoh

Berdiskusi terkait kiprah seorang tokoh dapat dimulai dengan tahapan membicarakan hal-hal berikut ini.
1. riwayat singkat masa kecil tokoh hingga ia tiada;
2. karya-karya tokoh yang berpengaruh di masyarakat;
3. jasa tokoh terhadap suatu bidang tertentu; dan
4. keunikan kehidupan tokoh.

Diskusi dapat dilaksanakan secara resmi (formal) atau tidak resmi (nonformal). Bahan diskusi dapat bersumber dari informasi, pengetahuan, dan pengalaman kalian tentang tokoh tersebut. Sebagai contoh, kalian dapat menggunakan informasi tentang Chairil Anwar dari berbagai sumber, pengetahuan kalian tentang puisi-puisi Chairil Anwar, atau pengalaman kalian saat membacakan puisi Chairil Anwar.

Meskipun kalian memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman tentang Chairil Anwar, kalian tetap harus menghormati peserta diskusi lainnya. Etika dalam berdiskusi yang dapat kalian terapkan sebagai berikut.
1. Berbicara sesuai dengan topik diskusi.
2. Sampaikan pendapat, pertanyaan, atau tanggapan secara ringkas dan relevan dengan topik diskusi.
3. Biarkan orang lain selesai dulu berbicara. Jangan menyela atau memotong orang lain yang sedang berbicara.
4. Jangan menyanggah pendapat, jawaban, atau tanggapan dari orang lain dengan kata-kata yang keras.
5. Sampaikan ketidaksetujuan atau perbedaan pendapat secara santun tanpa menyinggung perasaan orang lain.

G. Menulis Narasi dan Deskripsi

Sebagaimana sebuah cerita, cerpen mengandung unsur-unsur yang membangun cerita, yaitu tema, sudut pandang, tokoh dan penokohan/ perwatakan, latar (setting) baik tempat maupun waktu, dan alur/plot beserta konflik. Unsur-unsur itu disebut unsur instrinsik dalam karya sastra.

Dengan mencermati unsur instrinsik karya sastra tersebut, kalian dapat menulis sebuah tulisan narasi yang disebut sinopsis. Kata sinopsis berasal dari bahasa Yunani yaitu synopsis. Sudjiman (1990) menyebutkan sinopsis sama dengan rangkuman atau ringkasan berupa ikhtisar karya sastra yang menunjukkan gambaran umum isinya.

Sinopsis digunakan sebagai informasi ringkas sebuah karya kepada orang lain yang belum membaca. Tujuannya agar orang yang belum membaca tergerak untuk membaca karya tersebut.

Sebuah sinopsis dapat ditulis misalnya dengan panjang 300 kata dalam 3–4 paragraf. Urutan cerita di dalam sinopsis harus ditulis sesuai dengan urutan cerita pada karya. Bentuk tulisan sinopsis adalah naratif atau kisahan.

Selain sinopsis yang berbentuk narasi, dari sebuah cerpen juga dapat dituliskan sebuah gambaran dalam bentuk deskripsi. Deskripsi adalah jenis tulisan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan sesuatu yang diamati atau dibaca/diketahui. Pada sebuah cerpen kalian akan menemukan tokoh cerita yang dapat digambarkan ciri-ciri fisiknya dan perwatakannya.