Materi Bab 1 Makna dan Paham tentang Gereja - Agama Katolik Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka

Berikut adalah materi Bab 1. Makna dan Paham tentang Gereja mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas 11 SMA/SMK kurikulum merdeka.

A. Gereja sebagai Umat Allah

Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam praktik hidup Gereja perdana (bdk. Kis. 2:41-47; 4:32-37).

Adanya aneka macam kharisma dan karunia yang tumbuh di kalangan umat yang semestinya dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dalam jemaat (bdk. 1Kor. 12:7-10).

Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota umat Allah meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda (bdk. 1Kor.12:12-18).

Dasar dan konsekuensi yang terus dikembangkan sebagai Gereja, umat Allah. Hidup menjemaat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat Gereja adalah persaudaraan, cinta kasih, seperti yang dicerminkan oleh hidup jemaat perdana. Dalam hidup menjemaat, ada banyak kharisma dan rupa-rupa karunia yang dapat dilihat, diterima dan digunakan untuk kekayaan bagi seluruh anggota Gereja. Begitu pula dalam hidup menjemaat, semua orang mempunyai martabat dan tanggung jawab yang sama dan secara aktif terlibat sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Sebagai umat Allah, tidak lagi dibedakan antara mereka yang tertahbis dan non tertahbis, biarawan atau non biarawan dan umat melainkan semua orang yang telah dipilih oleh Tuhan mnjadi umat-Nya. Kesatuan tidak lagi didasarkan pada struktural-organisatoris, tetapi pada Roh Allah sendiri yang telah menjadikan umat-Nya sebagai bangsa atau umat pilihan. Artinya baik hierarki maupun awam memiliki hakikat yang sama, yaitu sebagai umat Allah dengan fungsi atau peranan yang berbeda. Dengan kata lain, yang membedakan hierarki dan awam adalah fungsinya dan bukan hakikatnya.

Gereja, umat Allah bukan semata-mata merupakan hal fisik melainkan rohani. Gereja adalah umat Allah berarti terpilih dari Allah. Sebutan umat Allah menekankan pada dua hal penting yaitu: 1) Gereja bukanlah pertama-tama organisasi manusiawi, melainkan perwujudan karya Allah yang konkret. Tekanan ada pada pilihan dan kasih Allah. 2) Gereja itu bukan hanya kaum awam atau hierarki saja, melainkan keseluruhannya sebagai umat Allah.

Ciri Gereja sebagai umat Allah terlihat dalam dari panggilan dan inisiatif Allah, persekutuan, hubungan mesra antara manusia dengan Allah, karya keselamatan dan peziarahannya. Gereja sebagai umat Allah menunjuk kepada umat Allah yang telah berlangsung sejak lama dan menjadi sempurna oleh karena Kristus, menuju kesatuan paripurna sebagai umat yang baru.

B. Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka

Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb telah menandatangani “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together.” Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah baru Gereja Katolik yang selalu membuka diri membangun persaudaraan sejati umat manusia.

Dokumen Abu Dhabi menjadi peta jalan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama, dan berisi beberapa pedoman yang harus disebarluaskan ke seluruh dunia.

Gereja sebagai persekutuan yang terbuka harus selalu siap untuk berdialog dengan agama dan budaya manapun.

Gereja perlu membangun kerja sama yang lebih intensif dengan siapa saja yang berkehendak baik.

Gereja harus berpartisipasi aktif dan mau bekerja sama dengan siapa saja dalam membangun masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.

Persekutuan umat Allah harus menampakkan karya keselamatan Allah di dunia ini. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Gereja menjadi tanda dan sarana (sakramen) keselamatan bagi dunia.

Setiap anggota Gereja mendapat tugas berdasarkan potensi dan kemampuannya bagi terciptanya tata dunia yang lebih baik. Dengan demikian, anggota Gereja sungguh menyadari bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya yang terlibat di dalam masyarakat dengan segala persoalan yang ada.

Gereja pada zaman sekarang harus menjadi persekutuan terbuka. Pentingnya keterbukaan, bukan hanya keterbukaan dengan sesama dalam iman dan keyakinan, melainkan keterbukaan terhadap agama yang lain, artinya kita membuka berbagai kemungkinan dialog dan kerja sama yang baik dengan sesama pihak yang berjuang bersama.

Cara hidup umat perdana memberikan kita buah kesadaran bahwa kebersamaan dalam persekutuan itu penting. Hal-hal yang dapat terlihat, misalnya, segala sesuatu adalah milik bersama, hidup dalam persaudaraan kasih, saling memberi dan menerima sesuai kebutuhan, terbuka untuk semua orang, semangat dan keteladanan inilah yang dapat kita contoh, yaitu kepekaan terhadap situasi sosial ekonomi sesama saudara dalam persekutuan umat.