Apakah Kaul-Kaul, Khususnya Kaul Keperawanan, Hanya Dapat Dihayati Dalam Hidup Membiara?

Apakah kaul-kaul, khususnya kaul keperawanan, hanya dapat dihayati dalam hidup membiara?

Jawaban:

Tidak, kaul-kaul, khususnya kaul keperawanan, tidak hanya dapat dihayati dalam hidup membiara. Meskipun kaul-kaul ini merupakan bagian integral dari kehidupan religius, orang-orang beriman di luar biara pun dapat menjalani kaul-kaul tersebut dengan cara yang sesuai dengan panggilan mereka.

Penjelasannya:

Kaul-kaul religius, seperti kemiskinan, ketaatan, dan keperawanan, sering dikaitkan dengan kehidupan membiara. Namun, teks Lumen Gentium (LG) 43-44 menjelaskan bahwa kaul-kaul ini merupakan kurnia ilahi yang diterima dan dipelihara oleh Gereja, dan bukan hanya terbatas pada mereka yang hidup di biara. Kaul-kaul ini merupakan panggilan khusus bagi orang-orang yang ingin mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dapat dihayati dalam berbagai bentuk, bahkan di luar konteks biara.

Contohnya, kaul keperawanan dapat dihayati oleh kaum awam yang memilih untuk hidup selibat dan mendedikasikan diri untuk melayani Allah dan sesama. Kaum awam ini dapat membentuk komunitas atau hidup mandiri dalam menjalankan komitmen mereka.

Penting untuk diingat bahwa menjalani kaul-kaul adalah komitmen yang serius dan membutuhkan rahmat Allah serta dukungan komunitas. Orang yang ingin menjalani kaul-kaul di luar biara perlu mendiskusikan hal ini dengan pastor pembimbing atau rohaniwan/rohaniwati lainnya untuk mendapatkan arahan dan pendampingan yang tepat.

Dengan demikian, kaul-kaul tidak hanya terbatas pada hidup membiara, tetapi dapat dihayati oleh semua orang yang ingin mendedikasikan diri untuk Allah dengan cara yang sesuai dengan panggilan mereka.