Kepada Murid-Nya yang Mengkhianati, Yesus Menyapa: “Hai Sahabat, Untuk Itukah Engkau Datang?” Bagaimana Pikiran dan Perasaanmu Terhadap Ucapan Yesus Itu?

Kepada murid-Nya yang mengkhianati, Yesus menyapa: “Hai sahabat, untuk itukah engkau datang?” Bagaimana pikiran dan perasaanmu terhadap ucapan Yesus itu?

Jawaban:

Kepada murid-Nya yang mengkhianati, Yesus menyapa: “Hai sahabat, untuk itukah engkau datang?” Pikiran dan perasaan saya terhadap ucapan Yesus itu adalah campuran antara kekecewaan, kesedihan, ketegaran, kekaguman, dan perenungan. Di satu sisi, saya kecewa dan sedih karena Yudas, orang yang dipercaya Yesus, tega mengkhianatinya. Di sisi lain, saya kagum dengan ketegaran dan kasih Yesus yang tetap menyapa Yudas sebagai sahabat, bahkan di saat pengkhianatannya.

Penjelasannya:

Ucapan Yesus kepada Yudas Iskariot, "Hai sahabat, untuk itukah engkau datang?" (Matius 26:50) memunculkan beragam emosi dan pemikiran dalam benak saya. Kekecewaan dan kesedihan melanda ketika menyadari Yudas, murid kepercayaan Yesus, tega mengkhianati dengan ciuman sebagai tanda kepada para penjaga. Yesus yang telah menunjukkan kasih dan persahabatan kepada Yudas harus menerima kenyataan pahit dikhianati orang terdekat.

Namun, di saat bersamaan, ucapan itu juga memancarkan ketegaran dan kekuatan Yesus. Meskipun dikhianati, Ia tetap menyebut Yudas "sahabat." Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak menyimpan kebencian, bahkan tetap melihat Yudas sebagai manusia yang membutuhkan kasih dan pengampunan.

Sikap tersebut membuat saya kagum terhadap kasih Yesus yang tanpa batas. Ia tidak membalas pengkhianatan dengan kekerasan atau kebencian, melainkan dengan kasih dan pengampunan hingga akhir hayatnya.

Ucapan Yesus ini pun menjadi bahan perenungan tentang kelemahan manusia. Yudas, yang telah menyaksikan kasih dan kuasa Yesus,  tetap tergoda oleh uang dan kekuasaan. Ini menjadi pengingat bahwa manusia memiliki kelemahan dan bisa tergoda oleh berbagai hal.

Terakhir, ucapan Yesus ini mendorong saya untuk selalu mengampuni dan mengasihi. Yesus telah memberikan teladan yang luar biasa dalam mengasihi dan mengampuni orang yang telah mengkhianatinya. Ini menjadi motivasi untuk selalu berusaha mengampuni dan mengasihi orang lain, meskipun mereka telah menyakiti saya.

Komentar