Apa yang Dialami oleh Putera Mahkota Itu Sebelum Dilantik? Agama Katolik Kelas 10 SMA/SMK

Apa yang dialami oleh putera mahkota itu sebelum dilantik?

Jawaban:

Sebelum dilantik, putera mahkota mengalami pergulatan batin karena terjebak di antara pilihan mengikuti tradisi pesta pelantikan yang mewah namun membebani rakyat, atau melanggar tradisi dengan pelantikan sederhana demi kebaikan rakyat. Putera mahkota menyadari ini sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana, namun ia juga tidak ingin mengecewakan orang yang sudah bekerja keras menyiapkan pesta. Pergulatan ini muncul karena kesadaran moral, tanggung jawab, tradisi, dan keinginan untuk diterima.

Penjelasannya:

Putera mahkota mengalami pergulatan batin sebelum dilantik. Pergulatan ini terjadi karena dia dihadapkan pada dua pilihan:

Pilihan Pertama: Mengikuti tradisi dan mengadakan pesta pelantikan yang mewah dan meriah. Pesta ini akan menelan banyak biaya dan membutuhkan rakyat untuk bekerja keras, bahkan mungkin dengan paksaan.

Pilihan Kedua: Melanggar tradisi dan mengadakan pelantikan sederhana. Pilihan ini akan mengecewakan banyak orang yang sudah menantikan pesta, tetapi akan menyelamatkan rakyat dari beban dan penderitaan.

Putera mahkota merasakan konflik internal karena dia ingin menjadi raja yang adil dan bijaksana, tetapi dia juga tidak ingin mengecewakan orang-orang yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan pestanya. Dia terbelah antara kepentingan rakyat dan keinginan untuk mengikuti tradisi.

Penyebab pergulatan batin putera mahkota:
  • Putera mahkota memiliki hati nurani yang kuat dan dia tahu bahwa pesta mewah akan membebani rakyatnya.
  • Dia merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya dan ingin menjadi pemimpin yang adil.
  • Dia dibesarkan dengan tradisi kerajaan yang mengharuskan pesta pelantikan yang mewah.
  • Dia ingin diterima oleh rakyatnya dan tidak ingin mengecewakan mereka.

Sikap yang seharusnya diambil putera mahkota:
  • Dia harus mengikuti suara hatinya dan memilih apa yang dia yakini benar, meskipun itu berarti melanggar tradisi.
  • Dia harus mempertimbangkan konsekuensi dari setiap pilihannya dan memilih yang akan membawa manfaat terbesar bagi rakyatnya.
  • Dia harus menjelaskan alasannya kepada rakyatnya dan meminta maaf atas kekecewaan mereka.

Keputusan putera mahkota untuk mengadakan pelantikan sederhana menunjukkan bahwa dia memiliki hati nurani yang kuat dan dia lebih mementingkan kesejahteraan rakyatnya daripada tradisi. Dia adalah contoh pemimpin yang patut diteladani.

Kisah ini juga menunjukkan bahwa kita semua harus memiliki hati nurani yang kuat dan berani untuk melakukan apa yang benar, meskipun itu berarti melawan arus.