Wujud Hidup Orang Beriman dan Berpengharapan

Berikut 12 hal yang dapat kita lihat bagaimana penjelasan Alkitab mengenai wujud dari hidup orang beriman dan berpengharapan, yaitu:
1. Tidak Mengandalkan Diri Sendiri (Yeremia 17:5-6)

Sebagai orang beriman, kita tidak bergantung pada kekuatan dan kemampuan diri sendiri. Kita sadar bahwa kita manusia yang lemah dan terbatas. Kita percaya bahwa Tuhanlah yang memiliki kuasa dan kendali atas segala sesuatu. Oleh karena itu, kita berserah diri kepada-Nya dan menyerahkan hidup kita dalam tangan-Nya.

Kita percaya bahwa Tuhan mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Kita percaya bahwa Dia akan memelihara dan melindungi kita. Kita percaya bahwa Dia akan menuntun kita di jalan yang benar. Kita percaya bahwa Dia akan memberikan kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan untuk menjalani hidup.

Kita tidak hidup dalam ketakutan atau kekhawatiran. Kita tidak cemas tentang masa depan. Kita tahu bahwa Tuhan selalu bersama kita dan Dia akan selalu menyertai kita. Kita memiliki kedamaian dan ketenangan dalam hati karena kita tahu bahwa kita berada di tangan yang tepat.

Kita menunjukkan iman kita kepada Tuhan dengan menaati perintah-Nya, dengan mengikuti teladan Yesus Kristus, dan dengan hidup dalam kasih dan kebaikan. Kita juga menunjukkan iman kita dengan berdoa kepada Tuhan dan dengan bersyukur atas semua berkat yang Dia berikan kepada kita.

Hidup dengan iman kepada Tuhan adalah hidup yang penuh dengan sukacita, kedamaian, dan harapan. Kita tahu bahwa Tuhan selalu bersama kita dan Dia akan selalu mengasihi kita.

2. Setia (Matius 25:1-30)

Kesetiaan merupakan salah satu ciri khas orang beriman. Kesetiaan ini bukan hanya ditunjukkan dalam hal-hal besar, seperti pengabdian kepada Tuhan atau perjuangan melawan penindasan. Kesetiaan juga dapat dilihat dalam keseharian kita, dalam hal-hal kecil yang mungkin sering kita anggap remeh.

Sebagai contoh, seorang pelajar yang setia mengerjakan tugasnya dengan baik, meskipun tidak diawasi oleh guru, menunjukkan kesetiaan dalam tanggung jawabnya. Seorang karyawan yang tetap tekun bekerja meskipun atasannya tidak ada, menunjukkan kesetiaan dalam komitmennya.

Kesetiaan juga dapat dilihat dalam pelayanan. Orang yang setia dalam pelayanan akan selalu berusaha memberikan yang terbaik, tanpa pamrih, dan tidak mudah menyerah. Kesetiaan dalam pelayanan ini menunjukkan kasih dan pengabdian kepada Tuhan dan sesama.

Kesetiaan dalam hal kecil dan besar ini penting karena menunjukkan karakter dan integritas orang beriman. Orang yang setia dapat dipercaya dan diandalkan, baik oleh Tuhan maupun oleh manusia. Kesetiaan juga merupakan kunci untuk mencapai tujuan dan meraih kesuksesan dalam hidup.

3. Taat (Kejadian 12:1-9)

Ketaatan merupakan salah satu ciri utama orang beriman. Mereka menunjukkan kepatuhan kepada Tuhan dengan menjalankan perintah-Nya, meskipun itu terasa sulit atau tidak sesuai dengan keinginan pribadi. Contohnya dapat dilihat dalam kisah Abraham di Kejadian 12:1-9.

Ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke negeri yang tidak diketahuinya, Abraham taat. Dia meninggalkan semua kenyamanan dan keamanan yang dimilikinya untuk mengikuti panggilan Tuhan. Ketaatan Abraham ini tidak sia-sia. Tuhan memberkatinya dengan keturunan yang banyak dan menjadikannya leluhur bangsa Israel.

Kisah Abraham ini menjadi contoh bagi kita semua bahwa ketaatan kepada Tuhan adalah kunci untuk menerima berkat-Nya. Meskipun terkadang perintah Tuhan terasa sulit atau tidak masuk akal, kita harus tetap taat karena Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Ketaatan kita kepada Tuhan menunjukkan iman dan kepercayaan kita kepada-Nya.

Ketika kita taat kepada Tuhan, Dia akan memimpin kita di jalan yang benar dan memberikan kekuatan untuk melewati segala rintangan. Dia juga akan memberikan berkat-Nya kepada kita, baik secara jasmani maupun rohani.

4. Percaya Segala Sesuatu (Matius 6:25-34)

Bagi orang beriman, hidup bukan tentang mengejar kekayaan atau harta benda. Justru, mereka memfokuskan diri pada iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhanlah yang memelihara dan mencukupi segala kebutuhan mereka.

Seperti yang tertulis dalam Matius 6:25-34, Yesus mengajar para pengikutnya untuk tidak khawatir tentang makanan, pakaian, atau kebutuhan hidup lainnya. Dia menekankan bahwa Allah Bapa mengetahui kebutuhan mereka dan akan memelihara mereka seperti Dia memelihara burung-burung di udara dan bunga-bunga di ladang.

Orang yang percaya kepada Tuhan tidak berarti mereka tidak memiliki masalah atau kesulitan dalam hidup. Namun, mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan selalu menyertai mereka dan akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan.

Kepercayaan ini membebaskan mereka dari kekhawatiran berlebihan. Mereka tidak terpaku pada hal-hal duniawi, tetapi fokus pada tujuan hidup yang lebih tinggi. Mereka hidup dengan damai dan sukacita, knowing that God is in control.

Orang beriman juga menunjukkan rasa syukur atas segala yang mereka miliki. Mereka tidak serakah dan selalu berusaha untuk berbagi dengan orang lain.

Kepercayaan kepada Tuhan memberikan kekuatan dan ketenangan dalam menjalani hidup. Orang yang beriman tidak mudah goyah oleh badai kehidupan, karena mereka tahu bahwa Tuhan selalu bersama mereka.

5. Memiliki Pendirian yang Teguh (Yosua 24:14-15)

Di tengah arus dunia yang deras dan penuh godaan, orang beriman bagaikan pohon yang kokoh tertanam di bebatuan. Mereka memiliki pendirian yang teguh, berpegang teguh pada prinsip yang kuat, dan tidak mudah goyah oleh pengaruh luar.

Seperti Yosua yang menantang bangsa Israel untuk memilih dengan tegas untuk beribadah kepada Tuhan, orang beriman tidak ragu-ragu dalam menunjukkan iman mereka. Mereka berani berbeda, tidak mengikuti arus yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani.

Keteguhan pendirian ini bukan berarti keras kepala atau tidak mau menerima masukan. Orang beriman tetap terbuka untuk belajar dan berkembang, namun mereka tidak akan berkompromi dengan prinsip mereka.

Keteguhan ini didasari oleh iman mereka kepada Tuhan. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dan kebijaksanaan, dan mereka bersandar kepada-Nya dalam menghadapi berbagai tantangan.

Sebagai contoh, Daniel dan teman-temannya tetap teguh dalam iman mereka kepada Tuhan meskipun diancam dengan hukuman. Mereka berani menolak untuk menyembah patung raja dan tetap setia kepada Tuhan.

Keteguhan pendirian orang beriman bukan hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitar mereka. Keteladanan mereka dapat menginspirasi orang lain untuk hidup dengan iman dan prinsip yang kuat.

6. Tidak Mudah Terpengaruh (Bilangan 14:25-30)

Di tengah gemerlapnya dunia dan godaan dosa yang menari-nari, orang beriman tidak mudah terpengaruh. Mereka bagaikan pohon yang kokoh, berakar kuat di iman, tak goyah oleh angin kencang godaan. Mereka memiliki pendirian yang teguh, didasari oleh firman Tuhan dan suara hati nurani.

Meskipun dikelilingi oleh orang-orang yang terjerumus dalam dosa, mereka tetap teguh dalam iman dan tidak mengikuti arus dunia. Mereka sadar bahwa dosa hanya membawa kesesatan dan kekecewaan, dan mereka memilih untuk hidup dalam jalan kebenaran dan kekudusan.

Orang beriman memiliki kompas moral yang jelas, yang menuntun mereka untuk memilih jalan yang benar, bahkan ketika teman-teman mereka memilih jalan yang salah. Mereka tidak takut untuk berbeda dan berani untuk mengatakan "tidak" pada godaan dosa.

Keteguhan iman mereka bukan tanpa alasan. Mereka memiliki sumber kekuatan yang luar biasa, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dialah yang memberikan mereka kekuatan untuk melawan godaan dan tetap hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

7. Memiliki Keyakinan yang Kokoh (Roma 1:16; Roma 8:35-39)

Keyakinan bagaikan fondasi kokoh bagi orang beriman. Ibarat pohon yang berakar kuat, mereka mampu bertahan teguh di tengah badai kehidupan. Keyakinan ini bukan sekadar teori, melainkan kekuatan yang tertanam dalam hati, melandaskan setiap langkah dan keputusan.

Seperti yang tertulis dalam Roma 1:16, "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani." Keyakinan ini meyakinkan orang beriman bahwa Allah selalu menyertai, tak peduli rintangan yang dihadapi.

Roma 8:35-39 menegaskan keyakinan ini: "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami dibunuh setiap hari, kami dianggap seperti domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada pemenang melalui Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik hal-hal yang sekarang maupun hal-hal yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik ketinggian maupun kedalaman, atau sesuatu pun yang lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."

Keyakinan ini bukan berarti kebal terhadap kesulitan. Orang beriman pun merasakan sakit, dukacita, dan keraguan. Namun, keyakinan mereka bagaikan pelita yang menerangi jalan di tengah kegelapan. Keyakinan ini menuntun mereka untuk terus melangkah, berpegang teguh pada janji Allah, dan menemukan kedamaian di tengah badai.

8. Memiliki Sikap Hati yang Benar (Daniel 1:1-21)

Orang beriman tidak hanya menunjukkan imannya melalui tindakan, tetapi juga melalui sikap hatinya. Sikap hati yang benar mencerminkan karakter dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh orang beriman.

Salah satu contohnya adalah Daniel, yang dipaksa untuk hidup di tanah Babel dan meninggalkan budayanya. Meskipun berada di lingkungan yang asing dan penuh tekanan, Daniel tetap menunjukkan sikap hati yang rendah hati, hormat, dan tekun. Dia tidak pernah sombong atas pengetahuannya, tetapi selalu menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, bahkan kepada raja Nebukadnezar. Daniel juga tekun dalam mempelajari Kitab Suci dan berdoa kepada Tuhan, meskipun dia tahu bahwa hal itu bisa membahayakan nyawanya.

Memiliki sikap hati yang benar bukan berarti kita sempurna. Kita semua masih belajar dan bertumbuh dalam iman. Namun, dengan berusaha untuk menunjukkan sikap hati yang rendah hati, hormat, dan tekun, kita dapat mencerminkan karakter Tuhan dan menjadi teladan bagi orang lain.

9. Tegar di Tengah Persoalan (Daniel 6; Kisah Para Rasul 7)

Hidup tak selalu mudah. Goncangan dan rintangan adalah bagian tak terelakkan dalam perjalanan hidup. Di tengah badai kehidupan, iman dan pengharapan menjadi kompas yang menuntun kita. Kisah Daniel dan Stefanus dalam Alkitab menjadi contoh nyata bagaimana keteguhan iman mampu membimbing mereka melewati badai.

Daniel, seorang pemuda yang diasingkan dari tanah kelahirannya, dihadapkan pada situasi yang mengancam nyawanya. Ia dilemparkan ke gua singa karena imannya kepada Tuhan. Namun, imannya yang teguh membuatnya tetap tenang dan percaya bahwa Tuhan akan melindunginya. Dan benar saja, Daniel keluar dari gua singa tanpa cedera.

Kisah Stefanus, salah satu murid Yesus, menunjukkan keteguhan iman dalam menghadapi aniaya. Ia dihukum mati karena berani memberitakan Injil. Di tengah penderitaan, Stefanus tetap teguh dan bahkan tidak membalas dendam kepada orang-orang yang menganiayanya. Ia memilih untuk mengampuni dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.

Kisah Daniel dan Stefanus menjadi contoh nyata bagaimana iman dan pengharapan dapat memberikan kekuatan untuk melewati masa-masa sulit. Iman yang teguh bagaikan jangkar yang menambatkan jiwa kita saat badai menerjang. Pengharapan menjadi pelita yang menerangi jalan di tengah kegelapan.

Bagi kita yang sedang dilanda badai kehidupan, kisah Daniel dan Stefanus dapat menjadi sumber inspirasi. Kita diingatkan bahwa Tuhan selalu menyertai kita, bahkan di saat-saat tergelap. Iman dan pengharapan akan menuntun kita melewati badai dan membawa kita pada kemenangan.

10. Berani Menanggung Resiko (Daniel 3)

Kehidupan orang beriman bukan selalu tentang kenyamanan dan keamanan. Ada kalanya, mereka dihadapkan pada situasi yang menuntut keberanian untuk mengambil risiko demi melakukan apa yang benar. Kisah Daniel dan kawan-kawan dalam Daniel 3 merupakan contoh sempurna dari hal ini.

Dihadapkan pada patung emas raksasa yang didirikan oleh Raja Nebukadnezar, Daniel dan kawan-kawan dihadapkan pada pilihan: menyembah patung tersebut atau dihukum bakar hidup-hidup. Mereka tahu bahwa menyembah patung adalah dosa dan bentuk penyembahan berhala.

Meskipun ada risiko besar untuk dihukum mati, Daniel dan kawan-kawan tetap teguh pada pendirian mereka. Mereka tidak mau menyembah patung dan memilih untuk taat kepada Allah. Keteguhan iman mereka membawa mereka pada konsekuensi yang mengerikan, yaitu dilemparkan ke dalam tungku api yang bernyala-nyala.

Namun, Allah menunjukkan kuasa-Nya yang luar biasa dengan melindungi Daniel dan kawan-kawan dari api. Mereka tidak mengalami luka sedikitpun dan bahkan api tidak membakar mereka. Kisah ini menunjukkan bahwa orang beriman memiliki keberanian untuk mengambil risiko demi melakukan apa yang benar, meskipun ada bahaya yang mengancam.

Keteguhan iman Daniel dan kawan-kawan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tetap setia kepada Allah, bahkan di tengah situasi yang sulit. Kisah mereka juga menunjukkan bahwa Allah selalu menyertai orang-orang yang percaya kepada-Nya dan melindungi mereka dari bahaya.

11. Tidak Mengenal Putus Asa (1 Samuel 21-24,26,27)

Iman bagaikan api yang berkobar, menerangi jalan di tengah kegelapan. Bagi orang beriman, putus asa bukanlah pilihan, bahkan di saat-saat tergelap. Kisah Daud dalam 1 Samuel 21-24, 26, dan 27 menjadi contoh nyata bagaimana iman mampu mengalahkan keputusasaan.

Daud, seorang raja yang diurapi Tuhan, harus melarikan diri dari kejaran Saul, rajanya sendiri. Berkali-kali ia dihadapkan pada situasi yang nyaris merenggut nyawanya. Ia dikejar-kejar, dihina, dan dikhianati oleh orang-orang yang ia percaya. Namun, Daud tidak pernah menyerah. Imannya kepada Tuhan menjadi kekuatannya untuk terus maju.

Ketika Daud melarikan diri ke Gat, ia berpura-pura gila untuk menyelamatkan diri. Di Nob, ia mendapatkan roti persembahan dari Imam Ahimelekh, yang kemudian dibunuh oleh Saul karena membantu Daud. Daud dikejar oleh Ziklag, dan Amalek membakar kota itu beserta seluruh isinya. Di tengah situasi yang penuh keputusasaan, Daud tidak pernah kehilangan imannya. Ia terus berdoa dan mencari pertolongan Tuhan.

Daud tahu bahwa Tuhan telah berjanji untuk menjadikannya raja Israel. Janji itu menjadi pegangannya di saat-saat tergelap. Daud tidak fokus pada masalahnya, tetapi pada janji Tuhan. Ia terus berharap dan percaya bahwa Tuhan akan menggenapi janji-Nya.

Kisah Daud adalah contoh bagaimana iman dapat mengalahkan keputusasaan. Ketika kita dihadapkan pada masalah yang berat, ingatlah bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Iman dan harapan kepada Tuhan adalah kekuatan yang mampu mengangkat kita dari jurang keputusasaan.

12. Berpegang Teguh pada Janji Allah (Kejadian 15-20)

Bagi orang beriman, janji Allah bagaikan batu karang yang kokoh di tengah lautan kehidupan yang penuh badai. Kepercayaan teguh pada janji-Nya menjadi sumber kekuatan dan penghiburan di saat-saat sulit. Dalam kisah Abraham di Kejadian 15-20, kita melihat bagaimana dia berpegang teguh pada janji Allah meskipun harus menunggu lama dan melewati berbagai rintangan.

Janji Allah kepada Abraham adalah memberinya keturunan yang banyak dan menjadikannya bangsa yang besar. Meskipun Abraham sudah tua dan istrinya Sara mandul, dia tetap percaya bahwa Tuhan akan menggenapi janji-Nya. Dia tidak goyah ketika Sarah menyarankan agar dia mengambil Hagar sebagai gundik untuk mendapatkan keturunan.

Ketika Ishak akhirnya lahir, iman Abraham semakin diperkuat. Dia bahkan rela mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran atas perintah Allah, karena dia yakin bahwa Allah akan membangkitkan Ishak dari kematian. Ketaatan Abraham dan kepercayaannya pada janji Allah menjadikannya teladan bagi orang-orang beriman di seluruh dunia.

Bagi kita, kisah Abraham ini menjadi pengingat bahwa janji Allah selalu dapat dipercaya. Meskipun kita tidak selalu melihat bagaimana janji-Nya akan digenapi, kita tetap harus berpegang teguh pada iman dan tidak goyah. Janji Allah bagaikan kompas yang menuntun kita di tengah perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian.