Manfaat Rajin Mengikuti Ibadah Partangiangan Wijk bagi Jemaat Miskin dan Hina

Ibadah Partangiangan Wijk adalah ibadah persekutuan yang dilakukan oleh jemaat gereja di tingkat Wijk (tingkat area, kelompok kecil dalam gereja). Ibadah ini biasanya diadakan setiap seminggu sekali di rumah salah satu jemaat di Wijk tersebut. Biasanya dilaksanakan malam hari.

Sebagai jemaat, tentu sangat bersemangat dan rajin sekali bagi kita untuk mengikuti Partangiangan ini.

Menurut au, salah satu tujuan manang manfaat utama mengikuti Ibadah Partangiangan Wijk ini adalah untuk mempererat persekutuan antar jemaat di Wijk tersebut. Di partangianganon ma kesempatan bagi jemaat untuk saling mengenal, mendukung, dan menguatkan. Ibadah ini juga membantu ruas untuk tumbuh dalam iman dan membangun rasa memiliki dalam lingkungan gereja.

Alai, adong dope manfaat lain yang bisa kita dapatkan ketika kita rutin mandohoti ibadah partangiangan Wijk selain yang ditullis diatas tadi, terkhusus ma tu diri ni iba yang dianggap “miskin” dan “hina”. On ma manfaat tambahanna:

1. Asa unang dihata-hata i

Kalau kita jarang atau memang sengaja tidak pernah ikut sama sekali ke partangiangan, resikonya mungkin kita akan dikata-katain:
  • Eee tahe, so hea ibana ro tu partangiangan
  • Imada, au pe. Dang hea huida ibana ro tu partangiangan.
  • Jarangdoi ro tu partangiangan.
  • Ah, unang pola dohot hita mandulo tujabu nasida, ai sohea nasida ro dohot tu partangiangan.

Jadi, supaya kita jangan dikata-katain.. Yah, rajinlah aku ikut partangiangan.

2. Ngidam terwujud

Saya orangnya suka sekali makan mie bihun dan mie lidi. Biasanya di partangiangan Wijk yang saya ikuti setelah selesai ibadah ada sesi ramah tamah plus menikmati hidangan ringan dan minuman yang disuguhkan oleh parjabu. Makanan itu berupa macam bentuknya. Tapi yang paling saya suka adalah mie, seperi mie bihun dan mie lidi. Untuk orang sekelas saya yang suka ngidam makan mie, saya bisa mendapatkannya disini.

3. Biar dilayani dengan tulus

Molo adong ma namasa ditonga-tonga di jabu ni iba. Misalnya, sakit. Molo dipaboa tu penatua manang diboto penatua i iba marsahit, karena kita termasuk ruas yang rajin ikut partangiangan, mereka mau datang menjenguk kita untuk mendoakan kita. Coba kalau kita tidak pernah ikut partangiangan, udah miskin dan hina dipandang orang, masih berani kah kita memberitahu kita sakit dan berharap penatua dan pendeta mau datang menjenguk untuk mendoakan kita? Kalau aku mungkin malulah...

4. Ada Kawan Salaman dan Ramah Tamah

Aaaaamen... Aaaaamen... AaaaaaAaaaAaaamennnnnnnnnn! Begitu ibadah kebaktian minggu di gereja selesai, ada kawan salaman sama anggota jemaat lain disamping, didepan dan dibelakang kita sembari mengucapkan selamat hari Minggu. Yups, karena kita sering ikut partangiangan, otomatis sesama ruas Wijk tentu kita sudah saling mengenal, minimal mengenal wajah. Tatkala kita mengikuti ibadah kebaktian minggu di gereja dan kita duduk berada dibangku yang disamping kiri, kanan, depan, dan belakang kita ada anggota seruas Wijk tentu kita dapat saling mengulurkan salam sembari mengucapkan selamat hari minggu bah..

Nah, bagaimana kalau kita tidak pernah mandohoti partangiangan? Begitu ibadah selesai, kita mungkin langsung pulang tanpa interaksi dengan jemaat lainnya.

5. Ada Kawan Ngobrol Diteras atau Halaman Depan Gereja

Sahat iba tu gareja, kalau ibadah kebaktian minggu belum masuk/mulai, biasanya aku tidak langsung masuk gereja. Tapi aku ikut duduk-duduk dikursi yang ada didepan gereja sambil ngobrol-ngobrol santai dengan ruas sesama Wijk. Yups, digereja kami ada beberapa bangku panjang disediain tepat didepan gereja. Saya tidak tau persis apa fungsi kursi-kursi panjang itu disediain disitu. Aku dan beberapa teman sesama Wijk bisa memanfaatkan fasilitas tempat duduk tersebut untuk sekedar ngobro-ngobrol, bahkan disempatkan untuk merokok.

Kalaupun suatu saat nanti kursi panjang itu disimpan, Yups kami mungkin masih bisa ngobrol-ngobrol berdiri dihalaman sambil menunggu ibadah masuk.

Itulah manfaat lain yang bisa kudapatkan jika rutin mengikuti ibadah partangiangan wijk.

Komentar