Apakah Ada Hal-Hal yang Membuka Mata Kalian Setelah Mempelajari Kesaksian Nabi Yeremia Ini?

Apakah ada hal-hal yang membuka mata kalian setelah mempelajari kesaksian Nabi Yeremia ini? Tuliskanlah di buku catatan kalian!

Dari kesaksian Nabi Yeremia, saya belajar bahwa.......................................................................................................................................................................................................................................................................................

Pertanyaan diatas adalah soal Refleksi 1, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X, Bab 8 Prinsip Setia, Adil, dan Kasih, halaman 129.

Jawaban:

Membuka Mata bersama Nabi Yeremia: Kisah tentang Kesetiaan yang Menggetarkan

Kisah Nabi Yeremia mungkin bukan yang paling sering kita dengar dalam khotbah atau Sekolah Minggu, tapi hari ini, mari kita buka mata bersama kesaksiannya tentang arti sebenarnya kesetiaan kepada Tuhan. Yeremia, sosok yang dipilih sejak dalam kandungan, hidupnya penuh tantangan dan pengorbanan. Ia menyaksikan kebangkitan dan kejatuhan raja-raja, perang, pembuangan, dan kekejian bangsa Israel. Tapi di tengah situasi genting itu, kesetiaan Yeremia kepada Tuhan bersinar bagai suar kebenaran dalam kegelapan.

Pelajaran 1: Percaya pada Firman Tuhan - Di Balik Ancaman Ada Harapan

Yeremia bukan nabi pembawa berita manis dan damai semata. Ia menyampaikan kehancuran yang akan menimpa Yehuda karena pemberontakan mereka terhadap Allah. Bayangkan betapa sulitnya menyampaikan pesan seperti itu! Orang-orang membencinya, mengancamnya, bahkan ingin membunuhnya. Namun, Yeremia teguh. Ia percaya pada firman Tuhan dan yakin meskipun hukuman datang, di balik itu ada rancangan damai sejahtera dan hari depan penuh harapan. Kita belajar di sini bahwa kesetiaan bukan sekadar setuju dengan yang enak didengar, tapi juga memegang teguh kebenaran bahkan saat pahit.

Pelajaran 2: Takutlah kepada Tuhan, Bukan Ancaman Manusia

Nabi Yeremia berani melawan arus. Ia memilih jalan terjal, setia menyampaikan firman Tuhan meski ancaman kematian menghadang. Ia lebih takut mengecewakan Allah daripada tunduk kepada manusia. Keteguhan ini mengajarkan kita bahwa kesetiaan menuntut keberanian. Keberanian tidak untuk pamer, tapi untuk membela kebenaran dan menaati kehendak Tuhan, apa pun resikonya.

Pelajaran 3: Kasih yang Menggerakkan, Bukan Kepuasan Pribadi

Kesetiaan Yeremia bukan sekadar formalitas. Ia menyampaikan firman Tuhan karena terdorong oleh kasih yang dalam kepada bangsa Israel. Ia ingin mereka berbalik kepada Tuhan dan menerima damai sejahtera, meski itu berarti hidup dalam pembuangan. Ia tidak seperti Yunus yang lebih berharap melihat kehancuran daripada pertobatan. Kasih sejati inilah yang mendorong kita untuk setia, bukan demi gengsi atau kepentingan diri, tapi demi kebaikan dan keselamatan orang lain.

Membuka Mata dan Bertindak

Kisah Yeremia membuka mata kita terhadap arti sebenarnya kesetiaan. Kesetiaan bukan sekadar slogan, tapi pilihan berani setiap hari. Pilihan untuk percaya pada firman Tuhan meski sulit, menyuarakan kebenaran meski ditentang, dan bertindak kasih meski pahit. Apakah kisah ini membuka mata Anda? Ada hal apa yang akan Anda lakukan berbeda setelah mengenal kesetiaan ala Yeremia? Tuliskanlah di buku catatan Anda dan jadilah saksi Kristus yang teguh dalam dunia yang rapuh ini.

Ingatlah, Yeremia mengajarkan kita bahwa:
  • Kesetiaan adalah keteguhan hati memegang kebenaran firman Tuhan, bukan sekadar setuju dengan yang enak didengar.
  • Kesetiaan menuntut keberanian menghadapi ancaman dan tantangan demi keadilan dan kehendak Tuhan.
  • Kesetiaan diwujudkan dalam tindakan kasih yang mendorong kita bersaksi dan melayani meskipun sulit.

Mari buka mata, buka hati, dan jadilah generasi Yeremia yang setia sampai akhir!