Pengertian Toleransi Dalam Islam Lengkap Dengan Contohnya

Toleransi adalah nilai yang amat penting dalam agama Islam, mengajarkan menghargai dan memahami perbedaan. Dalam pandangan Islam, toleransi adalah mengakui dan menghormati keberagaman pendapat, keyakinan, dan sikap, baik itu dalam kalangan sesama muslim maupun di antara umat beragama lain.

Dibawah ini saya akan mengulas pengertian toleransi dalam Islam dan memberikan beberapa contoh nyata yang menggambarkan nilai ini dalam praktik kehidupan sehari-hari.

B. Pengertian Toleransi Dalam Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi artinya sifat toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Sifat toleran di sini maksudnya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan kata tolerance yang berarti toleransi, kesabaran, dan kelapangan dada.

Sedangkan toleransi dalam bahasa Arab sebagaimana dalam Mu‘jam 
Maqayis al-Lughah disebut dengan istilah tasamuh. Kata tasamuh adalah bentukan dari kata samaha, yang secara bahasa berarti lembut dan mudah.

Sedangkan menurut Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, tasamuh berarti berkisar antara kemurahan hati, mudah memaafkan, lapang dada, kesabaran, ketahanan emosional, menenggang rasa, menghargai, dan sebagainya.

Selain tasamuh, toleransi dalam Bahasa arab disebut dengan kata al-samhah. Menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan al-‘Arab, samhah berarti tidak menyusahkan dan tidak memberatkan. Berdasarkan hal tersebut samhah sama dengan moderat, yakni berada di pertengahan, tidak condong pada salah satu sisi. Kemoderatannya ditunjukkan dengan ajaran Islam yang mudah, tidak menyusahkan dan memberatkan umatnya.

Jadi, pengertian toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan, bersikap sabar dan terbuka dalam menghadapi perbedaan, serta tidak memaksakan pandangan atau keyakinan kita kepada orang lain. Toleransi ini tercermin dalam tindakan nyata yang menunjukkan penghargaan terhadap kesejahteraan dan hak-hak individu atau kelompok yang berbeda.

B. Contoh-Contoh Sikap Toleransi

Untuk memudahkan pemahaman bahwa Islam mengajarkan tentang 
toleransi, anda dapat memperhatikan contoh sikap toleransi yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dan ulama’ di Indonesia. Secara umum, dalam contoh ini dibagi menjadi dua, yaitu toleransi internal (sesama umat Islam) dan eksternal (antarumat beragama) yang dijelaskan sebagai berikut.

a)  Toleransi internal umat Islam
Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Asqalani bercerita tentang sahabat yang menjadi imam dan memanjangkan shalatnya (menurut sebagian  ulama adalah Mu’adz bin Jabal), sehingga salah satu sahabat (menurut sebagian ulama adalah Hazm bin Ubay bin Ka’ab) melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad Saw. Hazm menceritakan bahwa karena panjangnya shalat Mu’adz, ia enggan  mengikuti jama’ah, dan terkadang  mengikuti shalat jama’ah tidak dari awal.

Mendengar aduan Hazm, Nabi sangat marah. Kemarahan Nabi disebabkan sebelumnya sudah ada kejadian yang serupa. Menurut sebagian ulama Nabi menampakkan kemarahannya agar para sahabat memperhatikan penjelasan Nabi sehingga kejadian tersebut tidak terulang lagi. Nabi menjelaskan bahwa yang dilakukan Mu’adz dan sahabat lain yang memanjangkan shalat ketika menjadi imam dapat menimbulkan fitnah, menjauhkan orang-orang dari agama.

Kemudian Nabi memberikan panduan bagi sahabat yang akan menjadi imam, bahwa hendaknya para imam meringankan shalatnya (tidak memanjangkan shalat), karena kondisi para makmum berbeda-beda, ada yang lemah, seperti orang yang telah tua, sedang sakit, mempunyai kondisi isik yang berbeda dari orang pada umumnya, ataupun orang yang sedang mempunyai hajat/kebutuhan lain.

Marahnya Nabi Saw bukan karena haramnya memanjangkan shalat, tetapi karena melihat kondisi makmum yang berbeda-beda. Sesungguhnya Nabi menghendaki kasih sayang dan kemudahan bagi kaumnya. Ini adalah ketentuan seseorang ketika menjadi imam. Berbeda ketika seseorang melaksanakan shalat secara  munfarid  (tidak  berjama’ah), maka Nabi menyampaikan dalam hadis lain seseorang dipersilakan memanjangkan shalat sesuai yang dia inginkan.

Contoh sikap toleransi lainnya adalah yang dilakukan ulama Indonesia KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdullah Faqih Maskumambang. KH. Hasyim Asy’ari menggunakan bedug di masjid Pesantren Tebuireng. Hal ini bertentangan dengan pendapat KH. Abdullah Faqih Maskumambang Gresik yang tidak menggunakan bedug di masjid pondoknya, namun menggunakan kentongan. Saat Kiai Hasyim berkunjung ke Kiai Maskumambang, Kiai Faqih yang berbeda pendapat dengan Kiai Hasyim justru memerintahkan kepada pengurus mushalla dan masjid di sekitar Maskumambang untuk sementara mengganti kentongan yang ada dengan bedug. Begitu pula dengan sebaliknya saat kiai tersebut berkunjung ke Tebuireng.

b)  Toleransi antarumat beragama
Salah satu contoh toleransi antarumat beragama adalah kisah Sunan Kudus. Beliau menghimbau untuk tidak menyembelih sapi sebagai lauk di kedai-kedai makanan. Hal ini sebagai bentuk  toleransi terhadap pemeluk agama lain. Himbauan tersebut sama sekali tidak mengorbankan keyakinan agama Islam, tetapi bentuk penghargaan sosial terhadap pemeluk agama lain.

Dalam agama Islam, toleransi adalah landasan untuk menciptakan harmoni dan kedamaian di antara umat manusia. Sikap menghargai perbedaan, bersikap sabar, dan memperlakukan sesama dengan lapang dada merupakan inti dari ajaran toleransi dalam Islam. Seperti yang terlihat dari contoh-contoh sikap Nabi Muhammad Saw. dan ulama di Indonesia, toleransi tidak hanya berlaku dalam lingkup umat Islam, tetapi juga melibatkan hubungan yang erat dengan umat beragama lain. Melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai toleransi ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang inklusif dan saling menghormati, menggalang persatuan di tengah keberagaman.

Komentar