Ketentuan, Strategi dan Tahapan Praktik Bertablig

Dalam upaya menyebarkan ajaran Islam dan mempengaruhi perubahan positif dalam masyarakat, praktik bertablig memegang peranan yang penting. Ketentuan, strategi, dan tahapan praktik bertablig menjadi fondasi yang mendukung efektivitas dakwah yang dilakukan.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek tersebut, praktik bertablig dapat menjadi sarana yang kuat untuk mengajak dan menginspirasi masyarakat dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

A. Ketentuan Tablig
Dalam melaksanakan tablig, terdapat serangkaian ketentuan yang harus diikuti agar pesan yang disampaikan dapat efektif dan memberikan dampak positif pada masyarakat. Ketentuan-ketentuan ini tidak hanya menyangkut aspek komunikasi, tetapi juga mengedepankan etika dan kearifan dalam berinteraksi dengan para jamaah atau audiens.

Berikut adalah beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tablig:
  • Dilakukan dengan cara yang sopan, lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak.
  • Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh jamaah.
  • Mengedepankan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
  • Materi tablig yang disampaikan harus mempunyai rujukan yang kuat dan jelas sumbernya.
  • Disampaikan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, termasuk aspek psikologis dan sosiologis para jamaah.
  • Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, berselisih, merusak, dan mencari-cari kesalahan orang lain.

B. Strategi Tablig
Strategi tablig harus merujuk teladan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dalam melaksanakan dakwah atau tablig. Jika tidak, tablig yang bertujuan baik, malah berubah menjadikan citra Islam tidak baik, bahkan merusak citra, tentu semua itu harus menjadi kesadaran bersama.

Berikut beberapa strategi tablig yang dapat dilakukan:
  • Mengajak orang terdekat terlebih dahulu, menuju proil muslim yang menyatu antara kata dan perbuatan, lalu mengajak kepada masyarakat luas. Sebab, keluarga merupakan kunci sukses, karena pihak lain akan melihat dulu pribadi dan keluarganya.
  • Dekati pihak lain sesuai dengan kapasitas ilmu dan martabatnya. Karena itu, perlu pendekatan dan strategi yang beragam, apalagi kondisi saat ini yang serba cepat, praktis, dan canggih.
  • Mengajak diri dan pihak lain untuk saling membantu agar tablig dapat terlaksana dengan baik, bertahap, berkesinambungan, menjangkau semua lapisan masyarakat, serta adanya segmen tablig  yang jelas antara mubalig satu dengan yang lain, sehingga semua lapisan masyarakat terkena sasaran tablig.

Di samping itu, ada beberapa hal yang patut dijadikan pedoman dalam tablig, yaitu kekuatan keimanan dan kesabaran. Artinya, kesuksesan tablig sangat dilandasi kuatnya iman, sekaligus dibarengi adanya pola manajemen yang handal. Hal ini dapat dicontoh dari cara dan strategi yang dilakukan para Walisongo dan tokoh lainnya dalam menyebarluaskan Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.

Hanya sayangnya, sekarang strategi ini sudah mulai ditinggalkan oleh 
para mubalig, sehingga realitas memberi bukti, meski tidak semua, tablig yang dilakukan lebih bersifat seremonial belaka, lebih banyak unsur humornya, melupakan tujuan dan substansi, akibatnya tampak kehilangan ruh dan jiwa, serta kurang memberi dampak positif dalam mengubah perilaku masyarakat. Oleh sebab itu, kembalilah kepada semangat tablig yang baik dan benar.

C. Tahapan Praktik Tablig
Setiap orang yang memilih profesi tablig, harus benar-benar menata kepribadiannya, sehingga pihak lain yang menjadi objek tablig tertarik dan bersedia ikut dengan kerelaan hati. Itu sebabnya diperlukan banyak persyaratan yang harus dipenuhi, seperti paparan yang sudah disebutkan, juga banyak menempuh jalan persuasif dan mengedepankan pendekatan budaya masyarakatnya.

Sebaliknya, hindari menempuh jalan konfrontatif, teror, dan radikal, yang akibatnya pihak lain memberi label yang kurang bagus kepada Islam dan kaum muslim; bukannya semakin dekat, tetapi malah menjauh; bukan simpati yang didapat, malah antipati dan benci. Oleh karena itu, sekali lagi penting sekali ditempuh seruan dan ajakan yang damai, sejuk, santun, dan menenteramkan.

Berikut adalah tahapan praktik bertablig yang dapat dilakukan:

a) Tahap persiapan
Rujuklah dan pelajari materi tablig, agar sesuai dengan kebutuhan jamaah atau audiens

b) Tahap pelaksanaan
Saat tablig, maka informasi yang disampaikan harus yang praktis, singkat dan serba cepat, dengan tetap mengedepankan bahasa yang sederhana, mengajak jamaah berdiskusi dan mengandalkan logika dan akal sehat, melibatkan juga mata hati, serta menghindari gaya yang menggurui, menekan, apalagi memaksa. Gunakan metode yang menyenangkan dengan prinsip 3 F (Fun, Fresh, dan Focus), serta tidak berlebihan dalam menggunakan humor dan jenaka.

c) Tahap Konsolidasi
Sebagai tahap akhir, upayakan adanya pemantapan pemahaman materi tablig dalam bentuk kesimpulan atau resume, dan hal-hal apa saja yang harus ditindaklanjuti, biasanya dikenal dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut).

Hal ini perlu dilakukan agar setiap jamaah ada kesadaran diri untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas amal, dan tidak kalah pentingnya tidak terjadi bias pemahaman bagi jamaah atau audiens, sebelum mengakhiri kegiatan tablig.

Dalam mengamalkan praktik bertablig, keselarasan antara ketentuan yang bersumber dari ajaran Islam, strategi yang efektif dan relevan dengan zaman, serta tahapan yang sistematis, menjadi kunci utama keberhasilan. Mubalig atau para dai memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk kesadaran dan moral masyarakat. Dengan pendekatan yang bijak dan metode yang menyenangkan, praktik bertablig dapat menjadi kekuatan yang merubah pandangan dan perilaku masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam.

Komentar