Rangkuman BAB 10 Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa) - PAI Kelas 10 Semester 2 Kurikulum Merdeka

Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa) adalah BAB X buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X Semester 2 Kurikulum Merdeka.

Adapun materi BAB 10 Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa) ini adalah:
  1. Dakwah Islam Periode Pra Wali Songo
  2. Sejarah Dakwah Islam Masa Wali Songo
  3. Metode Dakwah Wali Songo
  4. Wali Songo dan Pembentukan Masyarakat Islam di Nusantara
  5. Hikmah dan Pesan Damai dari Dakwah Wali Songo di Tanah Jawa

Setelah mempelajari BAB 10 ini, peserta didik diharapkan mampu:
  • Menganalisis peran tokoh ulama Islam di Indonesia (Wali Songo) dalam menyebarkan ajaran Islam;
  • Mempresentasikan paparan mengenai sejarah perjuangan dan metode dakwah Wali Songo di Indonesia yang dilakukan secara damai;
  • Meyakini metode dakwah yang moderat, bi al-hikmah wa al-mau’idlatil hasanah adalah perintah Allah Swt.;
  • Membiasakan sikap kesederhanaan, tekun, damai kesungguhan dalam mencari ilmu, dan semangat menghargai adat istiadat dan perbedaan keyakinan orang lain.

Berikut adalah rangkuman BAB 10 Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa) dalam buku PAI dan Budi Pekerti Kelas 10 SMA/SMK Semester 2 Kurikulum Merdeka:

1. Wali Songo merupakan sekumpulan tokoh penyebar Islam pada perempat akhir abad ke-15 hingga paruh kedua abad ke-16, yang merupakan tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa dan Nusantara

2. Dalam mengembangkan ajaran Islam di bumi Nusantara para wali memulai dengan beberapa langkah strategis yaitu (1) Tadrij (bertahap) dan (2) ‘Adamul Haraj (tidak menyakiti)

3. Hampir semua Wali Songo terlibat dalam perkembangan peradaban Islam di Nusantara. Mereka memanfaatkan pesantren, kesenian wayang dan juga pertunjukan-pertunjukan tradisional lainnya sebagai media dakwah dengan

4. Wali Songo berarti Wali Sembilan yakni sembilan orang yang dicintai dan mencintai Allah Swt. Sembilan wali tersebut dipandang sebagai ketua kelompok dan sejumlah besar mubaligh Islam yang bertugas mengadakan dakwah Islam di daerah-daerah yang belum memeluk Islam di wilayah pulau Jawa.

5. Adapun Sembilan orang wali yang diyakini masyarakat sebagai Wali Songo adalah sebagai berikut:
  1. Sunan Gresik
  2. Sunan Ampel
  3. Sunan Bonang
  4. Sunan Drajat
  5. Sunan Kalijaga
  6. Sunan Giri
  7. Sunan Kudus
  8. Sunan Muria
  9. Sunan Gunung Jati
6. Salah satu ajaran penting dari Sunan Bonang adalah penghapusan kastanisasi di masyarakat. Dalam ajaran Islam, pengelompokan manusia berdasarkan kasta merupakan kerusakan moral dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, di mana tidak ada yang membedakan derajat satu orang dengan orang yang lain melainkan ketakwaannya kepada Allah Swt.

7. Sunan Ampel mengenalkan ajaran yang sangat berkaitan dengan kebiasaan masyarakat kala itu, yaitu ajaran Moh Limo. Moh Limo berasal dari bahasa Jawa yaitu emoh (tidak mau) dan limo (lima). Artinya ajaran yang mengajak masyarakat untuk tidak melakukan lima hal yang tercela.

8. Sunan Bonang menyampaikan kedalaman makna ajaran Islam kepada pengikutnya melalui suluk yang dilantunkan dengan iringan alat musik gamelan. Suluk sendiri memiliki arti mengenal atau mendekatkan diri kepada Allah Swt., sehingga syair-syair yang diciptakan tidak hanya memiliki keindahan dari unsur sastra, tetapi juga berisi tentang ajaran mengenai kecintaan kepada Sang Pencipta Allah Swt. Salah satu suluk Sunan Bonang yang tetap lestari sampai saat ini adalah Suluk Tombo Ati.

9. Catur Piwulang (Empat Pengajaran) merupakan salah satu ajaran yang disampaikan oleh Sunan Drajat, yaitu:
  • Paring teken marang wong kang kalunyon lan wuto (memberikan tongkat kepada orang yang buta)
  • Paring pangan marang wong kang kaliren (memberi makan kepada orang yang kelaparan)
  • Paring sandhang marang wong kang kawudan (memberi pakaian kepada orang yang telanjang)
  • Paring payung marang wong kang kodanan (memberikan payung kepada orang yang kehujanan)
10. Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada umat Hindu, pada saat hari raha Idul Adha Sunan Kudus tidak memperbolehkan umat Islam untuk menyembelih sapi, hewan yang dianggap keramat dan suci bagi umat Hindu.

Itulah rangkuman atau ringkasan materi BAB 10 Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa). Semoga bermanfaat.

Komentar