JOMBANG - Ulah Dua Preman yang Kerap Meresahkan Para Pedagang di Stadion Merdeka, Jombang Akhirnya Terhenti
Jombang - Ulah dua preman yang kerap meresahkan para pedagang di Stadion Merdeka, Jombang akhirnya terhenti.
Keduanya diringkus polisi setelah mengeroyok 2 pengunjung stadion. Akibatnya, salah seorang korban menderita luka berat. Dua preman itu berinisial SYT (39) dan RIP (18).
Keduanya warga Desa Candimulyo, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Dua preman kampung ini kerap memalak para pedagang di kawasan Stadion Merdeka.
"Tersangka tidak punya pekerjaan. Mereka sering memalak para pedagang pada malam hari sehingga sering meresahkan masyarakat," kata Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Giadi Nugraha saat jumpa pers di kantornya, Jalan KH Wahid Hasyim, Jumat (22/7/2022).
Tidak hanya memalak para pedagang, lanjut Giadi, SYT dan RIP juga mengeroyok 2 pengunjung Stadion Merdeka di Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang pada Minggu (17/7) sekitar pukul 01.00 WIB.
Saat itu, korban SY (57) dan VF (24) sedang nongkrong di area parkir sekaligus taman Stadion Merdeka. Tersangka SYT dan RIP tiba-tiba datang dan menuduh korban memukul anaknya.
"Keterangan tersangka, korban memukul anaknya. Namun, sampai saat ini tidak dapat dibuktikan," ungkapnya.
Pengeroyokan itu dilakukan SYT dan RIP dalam kondisi tidak di bawah pengaruh minuman keras maupun narkoba. Akibat perbuatan dua preman kampung tersebut, SY menderita luka berat. Sedangkan VF memar-memar di beberapa bagian tubuhnya.
"Korban kedua (SY) sampai patah rahang. Saat ini masih dirawat di rumah sakit wilayah Kabupaten Kediri," jelas Giadi. Setelah menerima laporan korban, polisi meringkus SYT dan RIP pada Senin (18/7) siang.
Dua preman kampung itu dijerat dengan pasal 170 ayat (1) huruf e. Hukuman 7 tahun penjara sudah menanti mereka. "Kedua tersangka sudah kami tahan di Rutan Polres Jombang," tandas Giadi [Sumber: ] Diunduh tanggal 11 Oktober 2022.
Merujuk pada wacana di atas, mana teori sosiologi perilaku menyimpang yang paling tepat/sesuai untuk menganalisis kasus pada artikel tersebut?
Silakan Anda pilih salah satu teori. Kemudian, gunakan teori untuk menganalisis kasus tersebut
1. Teori individu tentang penyimpangan
2. Aliran modern oleh Clifford Shaw dan Henry McKay
3. Differential Association (asosiasi yang berbeda) oleh Sutherland
4. Kejahatan kerah putih (white collar crime)
5. Teori asosiasi yang berbeda dan belajar
6. Teori Anomie oleh Robert K. Merton
7. Teori subbudaya (subculture)
8. Teori labeling
9. Teori kontrol
10. Teori integrasi
11. Teori patologi sosial
12. Teori disorganisasi sosial
Berikut referensi jawabannya.
Dari daftar yang tersedia, teori yang paling tepat untuk menganalisis kasus premanisme di Jombang tersebut adalah Teori Anomie oleh Robert K. Merton.
Teori ini memberikan kerangka kerja yang sangat relevan untuk memahami mengapa individu seperti SYT dan RIP melakukan tindakan kriminal seperti memalak dan mengeroyok, dengan menghubungkan tindakan mereka pada kondisi sosial yang lebih luas.
Analisis Kasus Menggunakan Teori Anomie Robert K. Merton
Teori Anomie yang dikemukakan oleh sosiolog Robert K. Merton berpusat pada gagasan tentang adanya ketegangan atau "strain" dalam struktur sosial.
Ketegangan ini muncul akibat adanya kesenjangan antara tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh kebudayaan (cultural goals) dengan cara-cara yang dilembagakan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut (institutionalized means).
Masyarakat secara umum mendorong warganya untuk meraih tujuan kesuksesan, terutama dalam bentuk kemapanan finansial.
Namun, pada saat yang sama, masyarakat tidak menyediakan sarana yang merata bagi semua warganya untuk mencapai tujuan tersebut secara sah, seperti melalui pendidikan yang layak dan pekerjaan yang memadai.
Kondisi tersebut menciptakan sebuah keadaan yang disebut anomie, atau keadaan tanpa norma, di mana sebagian individu merasa tertekan dan mencari cara alternatif untuk mencapai tujuan tersebut.
Merton mengidentifikasi lima mode adaptasi sebagai respons terhadap ketegangan ini, dan perilaku SYT dan RIP dapat dianalisis secara spesifik melalui salah satu mode adaptasi tersebut.
Dalam konteks kasus di Jombang, tujuan kebudayaan yang paling mendasar adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi dan perolehan materi.
Setiap orang didorong untuk memiliki penghasilan guna menopang hidupnya.
Artikel berita dengan jelas menyatakan bahwa kedua tersangka, SYT (39) dan RIP (18), tidak memiliki pekerjaan ("Tersangka tidak punya pekerjaan").
Kondisi pengangguran ini menjadi sebuah rintangan struktural yang signifikan.
Mereka dihadapkan pada tujuan untuk mendapatkan uang, tetapi sarana yang sah dan dilembagakan, yaitu pekerjaan, tidak dapat mereka akses.
Sebagai respons terhadap ketegangan antara tujuan (memperoleh uang) dan ketiadaan sarana yang sah (pekerjaan), SYT dan RIP memilih mode adaptasi yang disebut "Inovasi" (Innovation).
Dalam tipologi Merton, inovasi terjadi ketika seorang individu menerima tujuan-tujuan yang ditetapkan budaya (dalam hal ini, kesuksesan finansial atau setidaknya pemenuhan ekonomi) tetapi menolak atau tidak memiliki akses terhadap cara-cara yang sah untuk mencapainya.
Akibatnya, mereka berinovasi dengan menggunakan cara-cara yang tidak sah atau kriminal.
Tindakan memalak para pedagang di Stadion Merdeka adalah bentuk inovasi yang paling nyata.
Perbuatan tersebut merupakan cara ilegal yang mereka ciptakan untuk mendapatkan penghasilan yang tidak bisa mereka peroleh melalui jalur pekerjaan formal.
Tindakan pengeroyokan terhadap dua pengunjung stadion, meskipun tidak secara langsung menghasilkan uang, dapat dipahami sebagai bagian dari strategi inovasi mereka.
Perilaku kekerasan berfungsi untuk menegaskan kekuasaan dan reputasi mereka sebagai "preman kampung".
Dengan menciptakan rasa takut di lingkungan tersebut, mereka memastikan bahwa kegiatan pemalakan mereka dapat terus berjalan tanpa ada perlawanan dari para pedagang atau masyarakat sekitar.
Kekerasan menjadi alat untuk mempertahankan skema ekonomi ilegal mereka.
Tuduhan bahwa korban telah memukul anak tersangka, yang tidak dapat dibuktikan, kemungkinan besar hanyalah dalih untuk melegitimasi aksi kekerasan mereka dan memperkuat status mereka sebagai figur yang harus ditakuti di area Stadion Merdeka.
Komentar
Posting Komentar