Penyuntingan Kalimat Idulfitri dan Syukuran Panen Beserta Alasannya

Perhatikan kalimat berikut!

a. setiap hari besar Idul Fitri, umat Islam menuju masjid raya untuk menunggu kedatangan tamu akbar.

b. syukuran di adakan oleh para petani pasca panen tiba dibalai desa

Diskusikanlah, perlukah kedua kalimat di atas disunting? Apa alasannya? Alasan saudara wajib dikaitkan dengan teori dari buku atau hasil penelitian!

Pertanyaan diatas adalah soal tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Tugas ini mendasari diri pada pentingnya pemahaman kaidah tata bahasa dan ejaan baku Bahasa Indonesia yang terangkum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan tata bahasa standar.

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan akademik maupun profesional, sehingga penguasaan kaidah ini menjadi fundamental.

Selain itu, tugas ini juga berdasar pada kemampuan mahasiswa untuk menerapkan teori linguistik dalam praktik kebahasaan.

Dengan meminta mahasiswa mengaitkan alasannya dengan teori dari buku atau hasil penelitian, dosen ingin mendorong mahasiswa untuk tidak hanya mengenali kesalahan, tetapi juga memahami mengapa kesalahan itu terjadi berdasarkan prinsip-prinsip kebahasaan yang lebih dalam, seperti semantik, sintaksis, dan pragmatik.

Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengembangkan kemampuan analisis kritis dan penyuntingan teks pada mahasiswa.

Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi kesalahan kebahasaan—baik yang bersifat ejaan, pilihan kata, maupun struktur kalimat—serta memberikan perbaikan yang tepat.

Tujuan lainnya adalah untuk membiasakan mahasiswa dengan pemikiran berbasis bukti dan teori.

Dengan mewajibkan mahasiswa mengaitkan jawaban dengan teori atau penelitian, tugas ini mendorong mereka untuk berpikir secara ilmiah dan argumentatif, tidak hanya berdasarkan intuisi.

Tujuan ini juga mencakup peningkatan kepekaan mahasiswa terhadap penggunaan bahasa yang efektif dan efisien.

Mahasiswa diharapkan mampu memilih kata dan menyusun kalimat yang tidak hanya benar secara gramatikal, tetapi juga mudah dipahami dan tidak ambigu, yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah atau komunikasi profesional.

Harapan dari pemberian soal ini adalah agar mahasiswa dapat menjadi pengguna Bahasa Indonesia yang cakap dan teliti.

Mahasiswa diharapkan mampu memproduksi tulisan yang tidak hanya komunikatif, tetapi juga memenuhi standar kebahasaan yang tinggi.

Lebih dari itu, harapan yang lebih luas adalah terbentuknya kesadaran akan pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai konteks, baik lisan maupun tulisan.

Kemampuan ini akan sangat berguna ketika mahasiswa menulis makalah, laporan, skripsi, atau bahkan berkomunikasi di dunia kerja.

Dengan demikian, tugas ini tidak hanya membekali mahasiswa dengan keterampilan teknis penyuntingan, tetapi juga menanamkan mentalitas kritis dan apresiasi terhadap keindahan serta ketepatan bahasa sebagai cerminan pemikiran yang jernih.

Berikut referensi jawabannya:

Kedua kalimat yang diberikan memerlukan penyuntingan yang signifikan. Keperluan penyuntingan ini tidak hanya didasarkan pada preferensi gaya, tetapi juga berakar kuat pada prinsip-prinsip kebahasaan yang telah ditetapkan dalam berbagai teori linguistik dan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan kaidah ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat yang efektif.

Untuk kalimat pertama, "setiap hari besar Idul Fitri, umat Islam menuju masjid raya untuk menunggu kedatangan tamu akbar," terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pertama, penggunaan huruf kapital perlu disesuaikan.

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), nama hari besar keagamaan seperti Idulfitri ditulis dengan huruf kapital pada setiap unsurnya, namun seringkali diserangkai menjadi "Idulfitri".

Sementara itu, kata umat Islam tidak perlu diawali huruf kapital kecuali jika berada di awal kalimat atau merupakan bagian dari nama diri.

Begitu pula dengan frasa masjid raya; jika merujuk pada masjid umum yang besar, tidak perlu diawali huruf kapital.

Namun, jika mengacu pada nama diri masjid tertentu (misalnya, Masjid Raya Baiturrahman), maka semua unsurnya harus diawali huruf kapital.

Kaidah ejaan yang diatur dalam PUEBI ini merupakan hasil kodifikasi dari berbagai penelitian linguistik dan kesepakatan para ahli bahasa untuk menciptakan standar penulisan yang konsisten dan memudahkan pemahaman.

Pelanggaran terhadap kaidah ini dapat menyebabkan ambiguitas dan ketidakbakuan dalam penulisan.

Selanjutnya, penggunaan tanda baca koma setelah frasa "setiap hari besar Idul Fitri" sudah tepat karena frasa tersebut merupakan keterangan waktu yang terletak di awal kalimat.

Terakhir, pilihan kata tamu akbar terasa kurang lazim dan tidak tepat dalam konteks Idulfitri. Idulfitri adalah momen kebersamaan dan silaturahmi antarumat, bukan momen untuk menunggu "tamu akbar" dalam artian seorang tokoh penting yang datang berkunjung.

Konsep "tamu akbar" lebih sering dikaitkan dengan kedatangan kepala negara atau tokoh penting lainnya.

Dalam konteks Idulfitri, yang terjadi adalah saling mengunjungi dan bersilaturahmi, sehingga kata yang lebih sesuai mungkin adalah "kerabat," "sanak saudara," atau "jemaah" jika merujuk pada pertemuan di masjid.

Prinsip keekonomisan bahasa dan ketepatan makna sangat relevan di sini; kata-kata harus dipilih sedemikian rupa sehingga menyampaikan makna secara jelas dan efisien tanpa menimbulkan kebingungan.

Penelitian dalam bidang semantik dan pragmatik menunjukkan bahwa pilihan kata yang tidak tepat dapat mengubah interpretasi pesan yang disampaikan.

Meskipun struktur kalimatnya sudah cukup jelas, pilihan kata pada keterangan tujuan perlu diperbaiki.

Oleh karena itu, kalimat ini dapat disunting menjadi: "Setiap Hari Raya Idulfitri, umat Islam menuju masjid untuk bersilaturahmi," atau "Pada setiap Hari Raya Idulfitri, umat Islam berbondong-bondong ke masjid raya untuk melaksanakan salat Idulfitri," tergantung pada maksud yang sebenarnya ingin disampaikan.

Beralih ke kalimat kedua, "syukuran di adakan oleh para petani pasca panen tiba dibalai desa," terdapat banyak sekali kesalahan yang memerlukan perbaikan menyeluruh.

Pertama, kata syukuran seharusnya diawali dengan huruf kapital karena berada di awal kalimat.

Kedua, penulisan kata depan dan imbuhan masih keliru.

Frasa di adakan seharusnya ditulis serangkai menjadi diadakan karena "di-" berfungsi sebagai imbuhan pembentuk kata kerja pasif, bukan sebagai kata depan yang menunjukkan tempat.

Sementara itu, dibalai desa seharusnya dipisah menjadi di balai desa karena "di" di sini berfungsi sebagai kata depan yang menunjukkan tempat.

Kaidah morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia mengatur secara ketat penulisan kata depan dan imbuhan, dan pelanggaran terhadapnya dapat mengubah kelas kata dan makna dari sebuah kata, sebagaimana diatur dalam PUEBI.

Ketiga, frasa pasca panen tiba terasa tidak gramatis dan kurang tepat. Kata "pasca" berarti "sesudah" atau "setelah," dan ungkapan "panen tiba" kurang lazim; lebih umum digunakan "musim panen tiba" atau "panen telah tiba."

Jika digabungkan menjadi "pasca panen tiba," maknanya menjadi "setelah panen datang." Ungkapan yang lebih ringkas dan umum adalah pascapaneh (jika merujuk pada masa setelah panen) atau setelah panen.

Penggunaan kata "tiba" di sini juga menimbulkan sedikit kebingungan.

Prinsip kejelasan dan keringkasan dalam penulisan adalah fundamental; penelitian dalam linguistik kognitif menunjukkan bahwa kalimat yang rumit atau menggunakan frasa yang ambigu memerlukan upaya pemrosesan yang lebih besar oleh pembaca, sehingga mengurangi efektivitas komunikasi.

Terakhir, struktur kalimatnya agak terbalik dan tidak efisien.

Subjeknya adalah "syukuran," predikatnya "diadakan," diikuti oleh pelengkap "oleh para petani."

Keterangan waktu dan tempatnya ("pasca panen tiba dibalai desa") ditempatkan di akhir dan kurang tepat.

Teori tata bahasa menekankan pentingnya struktur dalam sebuah kalimat untuk menghasilkan makna yang jelas.

Urutan kata dan frasa sangat memengaruhi interpretasi makna.

Sebuah kalimat yang efektif memiliki subjek dan predikat yang jelas, serta keterangan yang ditempatkan secara logis.

Mengingat banyaknya kesalahan, kalimat ini perlu disusun ulang secara signifikan.

Opsi perbaikan bisa berupa: "Syukuran diadakan oleh para petani di balai desa setelah panen," atau "Setelah panen, para petani mengadakan syukuran di balai desa," untuk membuat kalimat lebih ringkas dan jelas.

Komentar