JAWABAN! Siswa Kelas V Melakukan Percobaan Mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup pada Perkecambahan

Siswa kelas V melakukan percobaan mengenai pertumbuhan makhluk hidup pada perkecambahan. Guru memberikan kertas lembar kerja siswa atau LKS yang digunakan oleh siswa mencatat pengamatan hasil perkembangan dari kecambah yang diruang tertutup, di ruang terbuka, dan di ruang terbuka dengan asupan air dan mineral. Setelah siswa melakukan pengamatan tersebut, guru meminta siswa untuk melaporkan hasil percobaannya.

Pertanyaan diatas adalah soal mata kuliah Pembelajaran IPA di SD.

Berikut adalah jawabannya beserta penjelasannya:

Analisis Skenario Pembelajaran Pertumbuhan Kecambah dalam Perspektif Teori Belajar Piaget dan Ausubel

Skenario pembelajaran di kelas V yang melibatkan percobaan pertumbuhan kecambah memberikan contoh nyata bagaimana proses belajar dapat terjadi melalui aktivitas hands-on dan observasi.

Dalam skenario ini, siswa tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi aktif berinteraksi dengan materi pelajaran dan mencatat hasilnya.

Untuk memahami bagaimana proses belajar ini bekerja secara efektif pada siswa usia Sekolah Dasar, kita dapat menganalisisnya melalui lensa dua teori belajar kognitif yang berpengaruh: Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Teori Belajar Bermakna David Ausubel.

Analisis Berdasarkan Teori Jean Piaget

Jean Piaget fokus pada perkembangan kognitif anak melalui serangkaian tahapan. Siswa kelas V, yang biasanya berusia antara 10-11 tahun, berada dalam tahap Operasional Konkret.

Ciri utama tahap ini adalah kemampuan anak untuk berpikir logis mengenai objek dan peristiwa yang konkret, memahami konsep konservasi, klasifikasi, dan seriasi.

Mereka belajar terbaik melalui pengalaman langsung, manipulasi objek, dan interaksi aktif dengan lingkungan.

Dalam skenario percobaan pertumbuhan kecambah:

1. Sifat Konkret Aktivitas

Percobaan ini melibatkan objek-objek yang konkret dan dapat diamati langsung (biji kecambah, air, tanah/media, ruang terbuka/tertutup).

Siswa secara fisik berinteraksi dengan materi, menempatkan biji di lokasi berbeda, memberikan air, dan mengamati perubahan yang terjadi. Aktivitas ini sangat sesuai dengan karakteristik berpikir operasional konkret siswa yang membutuhkan pengalaman langsung untuk membangun pemahaman.

2. Observasi dan Pencatatan

Siswa diminta mencatat hasil pengamatan mereka pada LKS. Proses mencatat ini bukan sekadar menyalin, tetapi melibatkan pengorganisasian informasi konkret (misalnya, tinggi kecambah, jumlah daun, warna, kondisi fisik) berdasarkan perbedaan perlakuan (ruang tertutup, ruang terbuka, ruang terbuka + air/mineral).

Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam mengumpulkan dan mengorganisasi data konkret.

3. Pemahaman Sebab Akibat Konkret

Dengan membandingkan hasil pertumbuhan kecambah di tiga kondisi yang berbeda, siswa secara bertahap dapat memahami hubungan sebab-akibat yang konkret.

Mereka akan melihat bahwa kecambah di ruang tertutup mungkin tumbuh lebih tinggi tetapi pucat (etiolasi), yang di ruang terbuka tumbuh lebih pendek dan hijau, dan yang di ruang terbuka dengan air/mineral tumbuh paling baik.

Perbedaan hasil ini menjadi bukti konkret bagi mereka mengenai pentingnya faktor lingkungan seperti cahaya, air, dan nutrisi untuk pertumbuhan. Pemahaman sebab-akibat ini didasarkan pada observasi langsung, bukan konsep abstrak.

4. Asimilasi dan Akomodasi Skema

Pengalaman mengamati pertumbuhan kecambah dan perbedaan pertumbuhannya akan memicu proses asimilasi dan akomodasi dalam struktur kognitif siswa.

Informasi baru dari pengamatan diintegrasikan (asimilasi) ke dalam skema yang sudah ada tentang tumbuhan (misalnya, "tumbuhan butuh air").

Ketika ada hasil yang tidak sesuai harapan atau berbeda (misalnya, tumbuh tinggi tapi pucat di tempat gelap), siswa mungkin perlu memodifikasi atau menciptakan skema baru (akomodasi) yang mencakup peran cahaya dalam pertumbuhan dan produksi klorofil.

Analisis Berdasarkan Teori David Ausubel

David Ausubel menekankan pentingnya Belajar Bermakna (Meaningful Learning), di mana informasi baru dihubungkan secara non-arbitrer dan substantif dengan pengetahuan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.

Berbeda dengan belajar hafalan (rote learning) yang hanya menyimpan informasi tanpa koneksi, belajar bermakna memungkinkan siswa memahami, mengingat lebih lama, dan menggunakan informasi tersebut dalam konteks baru.

Dalam skenario percobaan pertumbuhan kecambah:

- Pengetahuan Awal (Prior Knowledge)

Sebelum memulai percobaan, siswa kelas V kemungkinan sudah memiliki pengetahuan awal mengenai tumbuhan (misalnya, tumbuhan adalah makhluk hidup, butuh disiram).

Pengetahuan awal inilah yang menjadi jangkar kognitif (cognitive anchor) bagi informasi baru yang akan mereka peroleh. Guru secara implisit mengandalkan pengetahuan awal ini sebagai dasar.

- Potensi Belajar Bermakna

Percobaan ini memiliki potensi besar untuk memfasilitasi belajar bermakna. Hasil observasi (data baru) mengenai pengaruh kondisi lingkungan terhadap pertumbuhan kecambah dapat dihubungkan dengan pengetahuan awal siswa tentang tumbuhan.

Misalnya, observasi bahwa kecambah yang tidak disiram tidak tumbuh atau mati dapat dihubungkan dengan pengetahuan awal "tumbuhan butuh air".

Observasi bahwa kecambah di tempat gelap pucat dapat dihubungkan (atau membangun pengetahuan baru) tentang peran cahaya.

- Peran LKS dan Pelaporan

Lembar Kerja Siswa (LKS) berfungsi sebagai alat yang membantu menstrukturkan observasi siswa. Dengan mencatat secara terorganisir, siswa dibantu untuk melihat pola dan perbedaan antar kondisi.

Proses pelaporan hasil percobaan mendorong siswa untuk mengartikulasikan temuan mereka, menjelaskan perbedaan yang diamati, dan menghubungkannya dengan konsep pertumbuhan.

Kegiatan ini memaksa siswa untuk memproses informasi secara kognitif dan mengintegrasikannya ke dalam struktur pengetahuan mereka, yang merupakan inti dari belajar bermakna.

- Pentingnya Pengait Konsep (Subsumption)

Agar belajar bermakna terjadi, guru perlu membantu siswa mengaitkan hasil konkret dari percobaan dengan konsep-konsep yang lebih luas (misalnya, faktor-faktor esensial untuk fotosintesis, fungsi air dan mineral bagi tumbuhan).

Proses pelaporan dan diskusi pasca-percobaan adalah momen krusial bagi guru untuk memfasilitasi proses subsumption ini, memastikan siswa tidak hanya tahu apa yang terjadi, tetapi mengapa itu terjadi, menghubungkan pengalaman konkret dengan prinsip biologis dasar.

Sinergi Kedua Teori dalam Skenario Ini

Skenario pembelajaran ini secara efektif menggabungkan prinsip dari kedua teori. Teori Piaget menjelaskan mengapa aktivitas hands-on dan konkret sangat efektif untuk siswa usia ini – karena sesuai dengan tahap perkembangan kognitif mereka.

Mereka dapat berinteraksi dan memahami dunia melalui pengalaman langsung. Sementara itu, Teori Ausubel menjelaskan bagaimana pengalaman konkret tersebut dapat berubah menjadi pemahaman yang mendalam dan bermakna – yaitu ketika informasi baru dari pengalaman tersebut secara sadar dan terstruktur dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Percobaan menyediakan pengalaman konkret (Piaget) yang menghasilkan data observasi. LKS membantu menata data tersebut, dan proses pelaporan mendorong siswa untuk menghubungkan data tersebut dengan pengetahuan awal dan membentuk pemahaman baru tentang kebutuhan esensial tumbuhan (Ausubel).

Tanpa pengalaman konkret, konsep akan sulit dipahami pada tahap operasional konkret.

Tanpa upaya menghubungkan pengalaman tersebut dengan pengetahuan yang ada dan menatanya secara bermakna, pengalaman tersebut mungkin hanya menjadi serangkaian observasi terpisah tanpa menghasilkan pemahaman konseptual yang mendalam.

Kesimpulan

Skenario pembelajaran percobaan pertumbuhan kecambah untuk siswa kelas V adalah contoh praktik yang baik yang selaras dengan prinsip teori belajar Piaget dan Ausubel.

Aktivitas berbasis percobaan ini memanfaatkan karakteristik tahap operasional konkret siswa, memungkinkan mereka belajar melalui interaksi langsung dengan objek dan mengamati sebab-akibat konkret.

Di sisi lain, kegiatan ini juga menciptakan peluang yang kaya untuk belajar bermakna dengan memungkinkan siswa menghubungkan hasil observasi mereka dengan pengetahuan awal tentang tumbuhan, serta menata informasi baru melalui LKS dan pelaporan.

Komentar